Apa itu Purgatorium?
Sobat YOUCAT, mungkin beberapa dari kita pernah muncul suatu pertanyaan seperti ini, ”ketika sudah meninggal dimanakah jiwa-jiwa berada? Perlukah kita mendoakan orang yang sudah meninggal?”
Oke, mari kita bahas satu persatu, ya…
Ketika sudah meninggal, jiwa-jiwa umat beriman berada di satu situasi yang disebut dengan Purgatorium. Purgatorium berasal dari bahasa Latin, dan dalam bahasa Inggris disebut Purgatory. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia maka artinya adalah api penyucian. Purgatorium merupakan keadaan peralihan sementara bagi jiwa-jiwa, yang melaluinya mereka mengalami pemurnian dan mencapai kekudusan untuk masuk ke surga. Katekismus Gereja Katolik no.1024 menerangkan bahwa Surga merupakan keadaan bahagia sempurna, tertinggi dan definitif yang merupakan tujuan terakhir menjadi kerinduan terdalam manusia.
Ada bersama-sama dengan Kristus berarti ada di Surga.
Nah, menurut Sobat YOUCAT, sebenarnya apa yang mengalami pemurnian dan mengapa harus dimurnikan? Yang dimurnikan adalah dosa-dosa ringan yang belum dimintakan pertobatan ketika jiwa seseorang dipanggil. Santo Gregorius Agung mengatakan kita harus percaya bahwa sebelum pengadilan masih ada api penyucian untuk dosa-dosa ringan tertentu, karena kebenaran abadi mengatakan bahwa ‘kalau seseorang menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak’ (bdk. Mat 12:32). Dalam ungkapan ini, tersirat makna bahwa beberapa dosa dapat diampuni di dunia ini, beberapa dosa yang lain diampuni di dunia lain” (Gregorius Agung, dial.4,39). Jadi untuk masuk surga, jiwa-jiwa tersebut harus dalam keadaan kudus.
Selain itu, ada beberapa tulisan dari Bapa Gereja dan juga Tradisi Suci Gereja mengenai proses pemurnian sesudah kematian dan perlunya mendoakan orang yang sudah meninggal, seperti yang ditulis oleh : St. Klemens dari Aleksandria (150-215), Origenes (185-254), St. Yohanes Krisostomus (347-407), Tertullian (160-220), St. Agustinus dari Hippo (354-430),St. Cyril dari Yerusalem (315-386), St.Gregorius Agung (540-604), Konsili Firenze (1439) dan Konsili Trente (1563), dan sebagainya.
Tulisan-tulisan dari para Bapa Gereja ini membuktikan bahwa keyakinan akan adanya api penyucian sudah diajarkan dan dimiliki oleh Gereja Katolik dimulai sejak abad-abad pertama.
Kalian pasti masih ingat kalau tadi di atas ada dituliskan ‘dosa ringan’. Menurut Sobat, apakah yang dimaksud dengan dosa ringan? Kalau ada dosa ringan, berarti ada yang namanya dosa berat juga, ‘dong? Yup, tentu ada!
Dosa ringan merupakan suatu dosa yang lebih rendah tingkatannya, yang tidak menyebabkan keterpisahan sepenuhnya dari Allah dan kutukan kekal dalam neraka seperti yang disebabkan oleh dosa berat yang tidak disesali. Sedangkan dosa berat merupakan tindakan atau perbuatan yang sangat keliru (serius), yang dapat menyebabkan hukuman kekal apabila seseorang tidak dibebaskan dari dosa ini sebelum wafatnya. Suatu dosa dipandang “berat” ketika secara kualitatif mengakibatkan keterpisahan orang yang melakukannya dari rahmat Allah yang menyelamatkan. Namun, di luar dari seberapa berat dosanya, seseorang dapat senantiasa menyesalinya. Tentu saja dibarengi dengan tekad untuk bertobat. Hal ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh absolusi atau pengampunan.
Apakah kita perlu mendoakan orang yang sudah meninggal? Jawabannya, ya, perlu sekali! Jiwa-jiwa di api penyucian sangat membutuhkan doa-doa kita yang masih berziarah di dunia ini. Gereja dalam kurun waktu yang cukup lama, menghargai peringatan akan orang-orang yang sudah meninggal dan membawakan doa serta kurban Ekaristi untuk mereka, agar mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kedamaian. Salah satu contoh, pasti Sobat YOUCAT ingat, ketika misa, Romo membacakan intensi misa untuk nama-nama arwah dan juga untuk semua orang-orang yang sudah meninggal.
Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati (KGK 1032). Doa-doa, amal, atau silih yang kita lakukan demi mereka, yang juga disertai dengan belas kasih Allah, dapat membantu jiwa-jiwa di api penyucian. St. Yohanes Krisostomus juga memiliki pandangan tentang hal ini: “Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya, bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-oran mati dan mempersembahkan doa untuk mereka.”
Sobat YOUCAT yang terkasih, marilah bukan hanya pada waktu ini saja, namun untuk seterusnya kita mau mendoakan kembali keluarga, sahabat, maupun kenalan yang sudah dipanggil Tuhan menghadap hadirat-Nya, agar mereka dapat berbahagia dan mengalami sukacita abadi bersama Bapa di surga. Untuk kita semua, tetaplah semangat berkarya melalui panggilan hidup masing-masing, selalu bersyukur, dan senantiasa mengandalkan Tuhan dalam situasi apapun!
Tuhan memberkati.
Referensi:
https://katolisitas.org Bersyukurlah, Ada Api Penyucian!
https://spiritualitaskatolik.wordpress.com Api Penyucian I Purgatorium-Spiritualitas Katolik
https://id.m.wikipedia.org Purgatorium
(Oleh : Jenny Barli )