Asal-Usul Singkat Rabu Abu
Rabu abu adalah permulaan masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan penebusan dosa kita. Sejak berabad-abad sebelum Kristus, abu telah menjadi tanda tobat.
Rabu abu adalah hari pertama masa prapaskah yang menandakan kita memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paska. Angka “40″ selalu mempunyai makna rohani sebagai lamanya persiapan.
Bapa Pius Parsch dalam bukunya yang berjudul “The Church’s Year of Grace” menyatakan bahwa “Rabu Abu pertama” terjadi di taman Eden setelah Adam dan Hawa berbuat dosa. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan Kembali menjadi debu (Kej 2:7).
Oleh karena itu, imam atau diakon membubuhkan abu pada dahi kita sambil berkata “ingatlah, kita ini abu dan akan kembali menjadi abu” atau “bertobatlah dan percayalah kepada injil”.
Mengapa Rabu Abu jatuh pada hari Rabu?
Dikarenakan Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung, karena hari Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus), maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari. Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu. (Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).
Abu apa yang digunakan?
Abu ini berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Abu yang telah diberkati oleh gereja menjadi benda sakramental.
Dalam upacara kuno, orang-orang Kristen yang melakukan dosa berat diwajibkan untuk menyatakan tobat mereka di hadapan umum dan pada hari Rabu Abu, Uskup memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama 40 hari dan menaburi mereka dengan abu. Orang-orang tersebut diusir dari gereja dan boleh kembali ke gereja setelah hari Kamis Putih dan memperoleh rekonsiliasi penuh dengan bertobat selama 40 hari lamanya. Sesudah itu seluruh umat, baik yang baru saja menerima rekonsiliasi maupun umum dapat mengikuti Misa Rabu Abu bersama-sama.
Di masa yang sekarang, semua umat memproleh abu pada hari Rabu Abu sebagai pengingat untuk bertobat. Tanda akan ketidak-abadian dunia dan tanda bahwa satu-satunya keselamatan ialah dari Tuhan Allah kita.
(Steffani Yuvita & Vincent A.L) Divisi Newsletter