#Share: Berlatih Rendah Hati Dalam Pekerjaan dari Yohanes Pembaptis
Halo Sobat YOUCAT, perkenalkan namaku Yosep Stenly Agung Jemparut, biasa dipanggil Stenly. Kini aku bekerja sebagai pegawai administrasi Paroki Sakramen Mahakudus, Keuskupan Surabaya. Aku ingin membagikan sharing dan refleksiku mengenai latihan kerendahan hati dari Yohanes Pembaptis, terutama dalam pekerjaanku.
Aku bekerja sebagai petugas administrasi Paroki Sakramen Mahakudus Surabaya. Dalam struktur kepengurusan, aku berada di tingkatan tengah. Dengan posisiku sekarang ini, aku bisa saja melakukan tindakan curang seperti melangkahi departemen lain ataupun mengklaim usaha orang lain sebagai hasil kerja kerasku. Godaan-godaan semacam itu sering muncul terutama jika aku diberi kepercayaan atas suatu pekerjaan yang besar.
Bagaimana aku mengatasi godaan semacam itu? Aku berusaha mengingat-ingat keteladanan Yohanes Pembaptis yang selalu rendah hati dan ingat akan tujuan dari pelayanannya, yaitu kemuliaan Allah, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yoh 3:30).
Hal pertama yang selalu aku ingat adalah tujuanku dalam bekerja. Kadang kita lupa apa tujuan kita belajar atau bekerja selama ini. Ketika kita tidak punya tujuan yang kuat, godaan yang datang dapat dengan mudah membuat kita jatuh pada dosa dan kenikmatan sesaat, misalnya ingin mengejar ketenaran pribadi. Bagiku, tujuanku bekerja adalah untuk belajar bagaimana aku bisa semakin memuliakan Allah. Selama aku dapat mengingat-ingat terus tujuanku ini, aku menemukan kembali kekuatanku untuk melawan godaan-godaan yang ada.
Yang kedua adalah kemauanku untuk berlatih rendah hati. Bagiku, kerendahan hati bukanlah pemberian semata, namun suatu sikap yang perlu terus dilatih. Salah satu bentuk latihannya adalah merefleksikan hidupku dalam model Yohanes Pembaptis. Aku membayangkan hidup Yohanes Pembaptis yang tinggal di padang gurun yang panas dengan makanan belalang dan madu hutan pastilah sangat sulit namun kesulitan itulah yang membuatnya menjadi orang yang sederhana dan rendah hati. Lalu, bila aku mengalami masa-masa sulit, aku akan memandangnya sebagai sebuah latihan untuk rendah hati seperti halnya Yohanes Pembaptis.
Bagiku, ingat akan tujuan dan kerendahan hati adalah pasangan yang saling melengkapi yang mampu memperkokoh diriku dari gempuran godaan. Dengan kerendahan hati, aku jadi lebih mawas diri, tahu posisiku, tahu tujuanku, dan bagaimana aku harus mencapainya. Kerendahan hati membuatku lebih fokus kepada tujuan yang sudah aku tetapkan yaitu memuliakan Allah. Dua hal inilah yang menjadi peganganku dalam bekerja agar aku dapat tetap melayani dengan jujur meskipun ada banyak godaan yang muncul.
Dengan mengingat kerendahan hati dan keteguhan Yohanes Pembaptis akan tujuan hidupnya yaitu demi kemuliaan Allah, aku dapat tetap bertahan dari godaan di dalam pekerjaanku.
(Sharing dari Yosep Agung Stenly Jemparut, OMK Keuskupan Surabaya)