Bunda Maria: Bunda Yesus dan Bunda Kita

15 October 2021
Bunda Maria: Bunda Yesus dan Bunda Kita

Oleh : Sr Paskalia SFS/ @pask_aliasfs

Bunda Maria adalah sosok yang sungguh menjadi ibu bagi semua orang. Ia menjadi Bunda Yesus sekaligus menjadi Bunda kita. Bunda Maria selalu mendoakan kita, anak – anaknya, dan ia selalu ada untuk kita. Ketika kita datang untuk bercerita, ia dengan tulus mendengarkan kita.

Ada satu pengalaman menarik bersama Bunda Maria. Ketika duduk di bangku SMA, saya menempuh pendidikan di salah satu sekolah yang kegiatan belajar – mengajarnya kurang lancar. Ketika saya duduk di kelas XI dan XII tidak ada yang mendaftar di sekolah tersebut, sehingga saya dan teman-teman seangkatan tidak memiliki adik kelas. Kelas tunggal. Namun, melihat situasi itu, saya tetap sekolah di sekolah tersebut sampai tamat. Satu hal yang membuat saya bertahan adalah memiliki satu sahabat yang setiap sore mengajak berdoa dan bercerita di gua Maria. Gua Maria itu tidak jauh dari sekolah. Maka ketika tidak ada pelajaran kami pergi ke sana. Ujian akhir semakin dekat, tetapi belum ada persiapan yang baik karena banyak bapak dan ibu guru yang tidak masuk untuk mengajar. Terkadang kami belajar bersama tanpa didampingi guru. Di dalam diri saya, timbul rasa khawatir dan takut tidak lulus ujian. Tidak ada seorang pun yang bisa saya percayai untuk mengungkapkan perasaan itu.

Karena merasa sudah akrab dengan Bunda Maria, dalam satu kesempatan kunjungan ke gua Maria, diam–diam saya menuliskan surat cinta kepada Bunda Maria. Surat itu saya letakkan di mahkota Bunda Maria. Isi surat itu selain permohonan untuk lulus ujian sekolah tetapi juga berjanji, “Apabila saya lulus, maka saya akan melayani dengan menjadi seorang biarawati”. Waktu yang membuat perasaan nano–nano datang juga. Kami ujian bersama teman – teman SMA lain dengan dititipkan di salah satu sekolah terkenal. Meskipun ada rasa takut, namun ada rasa yakin pasti dibantu oleh Bunda Maria.

Pengumuman kelulusan disiarkan melalui radio. Ketika penyiar menyebut nama sekolah kami, saya tidak mau mendengar. Tiba-tiba, sahabat saya memeluk saya. Hanya tiga siswa yang lulus dan saya termasuk di dalamnya. Mendengar berita itu, perasaan saya campur aduk. Saya senang karena lulus, tetapi juga sedih karena banyak teman saya yang tidak lulus. Tetapi semua berusaha menerima pengumuman itu dengan tenang. Karena tenggelam dalam sukacita, saya hampir lupa dengan janji saya. Ada keinginan untuk mengingkari janji tersebut, tetapi mengingat kembali kebaikan Bunda Maria, maka saya mulai mencari informasi untuk menjadi biarawati dengan dibantu salah satu bruder.

Saat pulang libur pertama kali, saya berkunjung ke gua Maria untuk mencari surat cinta itu, tetapi sudah tidak ada. Mungkin sudah dibawa angin. Entahlah. Demikianlah cerita saya #SobatYOUCAT, pengalaman menulis surat cinta kepada bunda Maria. Ada yang mau menyambung untuk berbagi pengalaman bersama bunda Maria? Yuk share, agar kita semakin dekat dan mencintai Bunda kita yang luar biasa!