Bunda Maria, Seorang Gadis Yang Mengatakan Ya: Ketika Ia Berkata Ya

#Maria, #Iman, #Refleksi, #Pengenalan Diri, #Sejarah Hidup, #BerimanBukanRecehan,
09 October 2019
Bunda Maria, Seorang Gadis Yang Mengatakan Ya: Ketika Ia Berkata Ya

Ketika Maria menerima kabar dari malaikat Gabriel, Maria tak sungkan bertanya bagaimana ia dapat mengandung bila ia belum bersuami. Setelah malaikat itu menjelaskan bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus dan tidak ada yang mustahil bagi Allah, Maria menjawab dengan ungkapan “ya” nya yang terkenal: “aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (lih Luk 1:26-38)

Mengenal Diri dan Mengenal Allah

Percakapan ini menunjukkan iman Maria yang luar biasa, iman yang tumbuh berkat pengenalan yang dimiliki oleh Maria yaitu pengenalan diri dan pengenalan akan Allah.

Pertanyaan yang diungkapkan Maria menunjukkan pengenalan akan dirinya sendiri, akan kekurangannya dan ketidak mampuannya. Meskipun ia dipilih secara istimewa oleh Allah, ia tetap mengakui keterbatasannya sebagai manusia. Ia sadar bahwa ia hanyalah manusia yang terbatas di hadapan kuasa Allah yang tak terbatas.

Akan tetapi, ia tidak berhenti sampai di situ saja. Ia juga tahu persis siapa itu Allah yang ia percayai. Ia tahu melalui perjalanan hidupnya bahwa Allah itu penuh kasih dan akan terus mengasihinya sepanjang hidupnya. Ia tahu Allah takkan pernah meninggalkannya dan kasih Allah yang tak terbatas itulah yang akan melengkapi keterbatasannya.

Kedua pengenalan yang mendalam inilah yang memberinya kerendahan hati sekaligus kekuatan iman yang luar biasa yang akhirnya tertuang dalam ungkapan: “aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Belajar Mengenali Diri dan Mengenali Allah

Nah, bagaimana kita bisa sampai pada iman yang seperti itu? Apalagi, bila kita menemukan keraguan, kesulitan, atau bahkan keterpurukan dalam hidup kita?

Kembali lagi, kita perlu melihat lagi pengalaman hidup kita dan bagaimana Allah secara istimewa dan penuh kasih telah memiliki rencana yang sungguh ajaib bagi hidup kita. Terutama ketika kita menghadapi keraguan, lihatlah kembali kedalam masa-masa sulit lain yang pernah kita alami dalam hidup kita di masa lalu. Lihatlah kembali, ketika saat itu kita merasa tak berdaya, merasa tak mampu karena segala keterbatasan kita, bukankah pada akhirnya kita mampu melaluinya? Bukankah itu sebuah bukti bahwa kasih Allah dengan cara-Nya sendiri telah melengkapi segala kekurangan kita? Dan tentulah Allah akan terus mengasihi kita sampai selama-lamanya.

Mengapa kita perlu mengenali keterbatasan kita sendiri bila seringkali keterbatasan kita menghambat kita untuk maju? Kita perlu mengenali diri dan keterbatasan kita agar kita bisa belajar untuk rendah hati dan mau menerima bantuan dari Allah dan orang lain. Bukankah sudah ada banyak contoh ketika orang sudah merasa sempurna dan hebat, ia lalu menjadi sombong dan lupa akan Allah? Keterbatasan kita itulah yang menjadi sebuah ruang bagi kita untuk terus memohon bantuan dari Allah yang tak terbatas dan dengan itu mempererat relasi kita dengan Allah. Ibaratnya, seperti seorang anak perantauan yang sesekali pulang ke orang tuanya karena tak kuat menahan rindu.

Ketika kita memiliki kedua pengenalan ini, iman yang hidup dan sejati akan tumbuh di dalam diri kita. Iman yang rendah hati mau mengakui kekurangan kita di hadapan Allah dan dengan itu terus menerus memohon bantuan Allah sekaligus iman yang kuat dan berani untuk melangkah karena tahu meski betapa banyak kekurangan yang dimiliki, Allah akan terus melengkapi dengan kasih-Nya yang tak terbatas.

Dan akhirnya, dengan iman seperti inilah kita mampu menanggapi panggilan Allah dengan berkata: “aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”


Yuk Direfleksikan

Bagaimana aku mengenali diriku ini? Kelebihan-kelebihan apa saja yang aku miliki? Kekurangan-kekurangan apa saja yang aku miliki?

Apakah saat ini aku mengalami situasi sulit, bimbang/ragu? Pernahkah aku mengalami situasi seperti itu di masa lalu? Bagaimana ceritanya? Bagaimana aku bisa melaluinya?

Coba dengan tenang lihat kembali pengalaman-pengalaman sulit tersebut! Coba rasakan dan sadari bahwa sebenarnya di balik itu semua ada Allah yang bekerja dengan cara-Nya yang istimewa untuk kalian! Dalami dan syukurilah. Lalu, peganglah itu sebagai sebuah keyakinan bahwa Allah takkan pernah meninggalkan kita sendiri dan akan terus menolong kita. Mohonlah juga rahmat agar Ia meneguhkan kelebihan-kelebihan yang kalian miliki serta melengkapi kekurangan kalian agar kalian semakin berani untuk berjalan dalam rencana-Nya.

Percayalah, bila Allah dengan penuh kasih telah merencanakan kelahiran kita hingga saat ini, maka Allah pun sudah memiliki rencana yang indah untuk masa depan kita. Kita hanya perlu beriman kepada-Nya, berani menjawab “ya”, dan berjalan dalam rencana-Nya yang penuh kasih.

“Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang.” ~Yes 54:10~

Yuk Dibaca

Youcat no 21, 479

Docat no 1, 8

Christus Vivit no 43-48, 112-117 http://www.dokpenkwi.org/2019/08/20/telah-terbit-seri-dokumen-gerejawi-no-109-christus-vivit/