Bunda Maria, Seorang Gadis yang Mengatakan Ya: Menerima Kelahiran Allah yang Sederhana
Waktu itu, Maria dan Yosef sedang dalam perjanalan jauh. Tiba-tiba, datanglah waktunya bagi Maria untuk bersalin. Hari sudah malam, Yosef tak dapat menemukan penginapan yang layak bagi mereka. Akhirnya, Maria pun melahirkan Yesus di dalam kandang dengan segala kesederhanaannya.
Jangan Minder, Allah Mau Tinggal di Dalam Dirimu
Bisa terbayang bagaimana susahnya Maria dan Yosef mencari penginapan atau tempat yang layak untuk melahirkan Yesus, Sang Putra Allah. Bisa dibayangkan juga, mungkin ada rasa tidak tega di dalam hati Maria maupun Yosef ketika satu-satunya tempat yang tersisa hanyalah kandang. Bahkan, bisa dibayangkan kalau mereka juga merasa minder. Kok harus di kandang sih? Namun, setelah Yesus lahir, kita bisa bayangkan semua rasa itu sirna menjadi kebahagiaan. Saat itu, semua berpusat kepada Yesus, Putra Allah, yang baru saja terlahir di dunia.
Kita pasti pernah merasa minder dalam hidup kita, yakin. Ada yang minder punya badan gemuk, ada juga yang minder punya badan terlalu kurus. Ada yang minder punya badan terlalu pendek. Ada juga yang minder karena dirinya tidak punya uang banyak. Dan masih banyak lagi.
Tak jarang juga kita berjuang mati-matian agar mampu mengubah keadaan kita. Apa pun caranya. Bahkan, tak jarang hingga menyiksa diri kita. Misalnya, karena gemuk, ada yang diet keras hingga akhirnya sakit. Karena tidak punya uang banyak, ada yang terus-terusan melembur hingga lupa istirahat. Dan lain sebagainya.
Itu semua membuat kita lupa akan satu hal: Allah mencintaimu!
Allah yang penuh kasih telah merencanakan seluruh hidup kita, bahkan termasuk kelemahan atau kerapuhan kita. Bila kita memiliki kelemahan atau pun kerapuhan, itu artinya Allah memiliki rencana di balik itu semua.
Lihatlah Yesus yang lahir di dalam kandang. Yesus yang sama juga ingin lahir di dalam diri kita yang punya banyak kelemahan, kerapuhan, dan dosa ini. Yesus tidak ingin kita berjuang mati-matian sampai merusak diri kita. Yesus hanya butuh hati kita yang terbuka dan apa adanya untuk menerima Diri-Nya, bahkan di dalam kondisi terburuk kita.
Berjuang Dengan Cinta dan Syukur
Lalu apa yang harus kita lakukan, apakah kita tidak boleh berjuang untuk mendapat hidup yang lebih baik?
Tentu kita boleh berjuang. Hanya saja, jangan lupa bawa Yesus di dalam perjuangan hidup kita. Jangan berjuang hanya karena kita merasa minder sampai-sampai kita merusak tubuh kita sendiri. Akan tetapi, berjuanglah dengan penuh cinta dan rasa syukur.
Pertama-tama, sadarilah bahwa segala diri kita ini, dengan segala kerapuhan yang ada ini, adalah pemberian dari Allah. Sadarilah bahwa Allah telah merancang dengan sangat detil setiap bagian dari diri kita, baik jiwa, pikiran, maupun raga kita. Ingat, diri kita ini adalah anugerah.
Baru setelah itu, dengan semua rasa syukur ini, kita bisa perlahan-lahan berjuang membuat diri kita menjadi lebih baik.
Misalnya, jika kita gemuk, alih-alih mencari cara menjadi kurus tercepat yang bisa membuat kita tersiksa dan sakit, kita pertama-tama justru harus mensyukuri tubuh kita sebagai pemberian Allah. Lalu, kita bisa mencari cara yang terbaik untuk merawat tubuh ini. Jika memang perlu lebih kurus agar lebih sehat, maka carilah cara yang paling sehat. Akhirnya, kita mungkin tidak akan selalu menjadi kurus seperti yang kita inginkan, namun setidaknya kita memiliki tubuh yang semakin sehat dan semakin percaya diri dengan diri kita apa adanya.
Dengan beginilah, perjuangan kita tidak akan terasa pahit. Juga kita tidak akan merasa hancur total ketika tujuan kita tidak tercapai. Bisa jadi Allah memiliki rencana lain yang jauh lebih indah. Seperti misalnya, perjuangan Maria dan Yosef yang gagal untuk mendapat penginapan yang layak dan hanya mendapat kandang. Dan ternyata, itu semua memiliki makna yang jauh lebih indah daripada yang pernah kita bayangkan.
Jangan minder, berjuanglah sebagai bentuk cinta dan rasa syukur atas dirimu. Itu semua karena Allah mencintaimu apa adanya. Dan Ia punya rencana yang terbaik untuk dirimu, termasuk dari kelemahanmu.
Akhirnya, kita pun dapat merasakan bahwa Yesus pun terlahir di dalam lubuk hati kita.
Yuk Direfleksikan
Bagaimana aku memandang diriku dan tubuhku ini? Apakah ada bagian tertentu yang membuatku minder?
Bayangkan kamu ikut hadir di dalam kelahiran Yesus yang ada di dalam kandang itu. Bawalah juga semua rasa mindermu. Ketika Yesus lahir, pandanglah Ia. Lihatlah bagaimana Ia menangis, bagaimana kehadiran-Nya membawa kegembiraan bagi semua orang di sekitar-Nya. Nikmatilah apa yang kamu lihat dan apa yang kamu rasakan, tak perlu terburu-buru, rasakanlah sampai puas. Sekarang, apa yang kamu rasakan?
Sekarang, bayangkan Yesus yang sudah dewasa hadir menemuimu. Cobalah katakan segala hal dari dirimu yang masih membuatmu minder. Tunggulah jawaban dari-Nya dan coba dengarkan apa yang ingin Ia katakan. Ia mungkin akan menunjukkan kelebihan yang selama ini tidak dapat kalian lihat, atau memuji kalian, atau memberikan tips untuk membuat diri kalian menjadi lebih baik. Simpanlah itu semua sebagai bekal kalian.
Dan sadarilah, Yesus yang sama juga ingin lahir dan tinggal di dalam diri kalian masing-masing!
Yuk Dibaca
Youcat 33, 49, 51, 61, 387, 388
Christus Vivit no 43-48, 112-117 http://www.dokpenkwi.org/2019/08/20/telah-terbit-seri-dokumen-gerejawi-no-109-christus-vivit/