Dipecah-Pecah: Berkat di Balik Penderitaan
Sobat YOUCAT, mari kita bayangkan hosti yang dipegang oleh imam. Setelah diberkati, hosti itu lalu dipecah-pecah. Dipecah tentu tidak menyenangkan dan pengalaman “dipecah” ini memang menyimbolkan derita yang kita alami hingga membuat kita menjadi pribadi yang “terpecah-pecah”.
Kita semua tentu pernah mengalami penderitaan, entah itu besar hingga mengguncang hidup, entah itu kecil. Ada penderitaan yang berlangsung sangat lama, ada yang berlangsung sebentar. Ada penderitaan yang berasal dari faktor eksternal, ada pula penderitaan yang berasal dari pergulatan batin atau juga dari luka-luka batin kita. Itu semua membuat diri kita menjadi “pecah” ibarat sebuah gelas yang terjatuh lalu pecah.
Bagaimana kita bisa melihat bahwa diri kita dipilih, dikasihi, dan diberkati bila kenyataannya kita ini adalah pribadi-pribadi yang pecah oleh karena penderitaan kita?
Belajar Menanggung Penderitaan Bersama Yesus
Jika kita ingin melihat bagaimana sebuah penderitaan yang dahsyat mampu diubah menjadi sebuah berkat, kita tidak perlu lagi jauh-jauh mencari, kita sudah memiliki teladan yaitu Yesus Kristus sendiri. Dalam salib-Nya Ia mengalami penderitaan yang luar biasa, bahkan hingga wafat. Ia rela menanggung itu semua demi menuruti kehendak Bapa-Nya dan demi menghapus dosa-dosa kita. Penderitaan Kristus menjadi berkat bagi kita semua.
Di sini Kristus memberikan kepada kita dua pelajaran yang berharga. Pertama, dengan setia menanggung sengsara yang begitu keji, Yesus mengajarkan kepada kita untuk tidak lari dari penderitaan kita yang kerap membuat kita “pecah”. Dengan tidak lari dari derita-Nya dan tetap setia menanggung sengsara-Nya, Yesus, yang sungguh Allah sungguh manusia, menjadi tahu betul penderitaan yang dapat ditanggung oleh kita, manusia ini. Ia bahkan rela merasakan kematian yang kelak juga akan kita alami. Dengan demikian, Ia menunjukkan sikap solidaritas yang total; meskipun Ia Anak Allah, namun Ia rela mengalami derita, sama seperti yang dapat kita rasakan. Dan Ia bahkan mengalami sengsara yang paling mengerikan di kayu salib. Karena Ia tahu betul bagaimana rasanya menderita, kita tak lagi layak mengeluh “Allah tidak tahu penderitaan saya!” (lih YOUCAT no. 101). Ia sungguh bersolidaritas dengan kita dalam derita-Nya. Ternyata, bila kita setia menanggung derita dan tidak lari, kita bisa tahu apa itu penderitaan sehingga kita bisa bersolidaritas dengan sesama kita yang sama-sama menderita juga.
Kedua, Yesus menanggung semua derita ini dengan kepatuhan penuh terhadap kehendak Bapa-Nya (lih Mat 26:36-46). Ini menunjukkan bahwa Ia selalu ingat akan siapa Diri-Nya sebagai Anak Allah bahkan di dalam derita-Nya. Ia tahu apa tujuan hidup-Nya yang sejati dan Ia terus memegangnya hingga saat terakhir hidup-Nya meskipun Ia mengalami sengsara yang luar biasa dahsyat. Ia tahu bahwa ada rencana besar Bapa-Nya di balik derita yang harus Ia tanggung. Sikap Yesus yang demikian menunjukkan kepada kita bagaimana caranya untuk tetap beriman dan berpengharapan kepada Allah meskipun kita mengalami kesusahan yang besar.
Karena dua hal inilah, sengsara Yesus yang luar biasa tidak berakhir sia-sia, namun justru membawakan berkat melimpah bagi kita yaitu kebangkitan-Nya yang mematahkan kuasa maut atas diri kita (lih YOUCAT no. 108).
Dua Langkah Meneladani Yesus
Dari teladan Yesus ini, kita bisa mengambil dua hal yang dapat kita lakukan untuk semakin meneladani-Nya dalam menanggung derita. Pertama, kita perlu setia menanggung derita kita dan tidak lari darinya. Hal ini mungkin sulit, namun sikap inilah yang diminta oleh Yesus sendiri, yaitu untuk memanggul salib kita di dunia, yaitu penderitaan kita, baik yang disebabkan oleh orang lain maupun penderitaan karena luka-luka batin kita sendiri (baca YOUCAT no. 102). Semakin kita setia menanggung beban penderitaan kita, semakin kita mengenali bagaimana rasanya penderitaan itu, dan dengan demikian kita bisa belajar untuk bersolidaritas dengan mereka yang menderita. Kita jadi tahu penderitaan mereka dan kita jadi lebih mudah tergerak untuk membantu karena kita sendiri mampu melihat derita kita di dalam derita mereka.
Kedua, kita perlu selalu ingat bahwa kita adalah anak-anak Allah Bapa. Kepada kita anak-anak-Nya, Allah Bapa selalu merencanakan yang terbaik. Bisa jadi, penderitaan kita adalah awal dari rencana Bapa. Dengan selalu mengingat kebenaran ini, kita akan selalu ditarik dan didekatkan kembali kepada Allah ketika kita menghadapi penderitaan karena kita selalu ingat untuk memohon berkat dan pertolongan dari-Nya. Selain itu, ketika semua penderitaan kita telah berlalu dan sukacita dan penghiburan menjadi milik kita, kita akan disadarkan bahwa rencana Bapa selalu lebih besar dan lebih indah dari semua penderitaan yang kita alami, bahkan penderitaan yang terberat yang dapat kita bayangkan sekalipun. Dengan demikian, setiap kali kita menghadapi penderitaan, bergumul dengannya, dan berhasil melaluinya, kita akan muncul sebagai pribadi dengan kekuatan iman dan harapan yang baru. Kita bisa ikut bangkit bersama Yesus yang bangkit sebagai manusia-manusia Paskah.
Kedua sikap ini dalam menghadapi penderitaan membuat kita semakin menjadi #ManusiaPaskah. Kita jadi semakin berserah kepada Allah dan dekat dengan-Nya ketika kita berada dalam penderitaan. Selain itu, rasa solidaritas yang tumbuh semakin mengembangkan kasih kepada sesama. Akhirnya, dengan mempersatukan penderitaan kita dengan derita Kristus sendiri, penderitaan kita pun diubah menjadi berkat yang menyelamatkan, yang mengubah kita semakin menjadi #ManusiaPaskah yang menyerupai Kristus dalam kesetiaan-Nya menanggung derita dan dalam solidaritas-Nya kepada sesama.
Yuk Kita Serahkan Derita Kita Kepada Allah
Sobat YOUCAT, yuk kita pandang kembali hosti yang kini dipecah-pecah oleh imam. Rasanya memang tidak enak, namun justru karena dipecah-pecah itulah hosti itu menjadi berkat bagi kita semua. Sama seperti kita, bila kita setia dalam menanggung salib penderitaan kita dan selalu ingat bahwa kita adalah anak-anak Allah, penderitaan kita justru menjadi berkat yang semakin membuat kita menjadi #ManusiaPaskah yang sadar akan hakikat diri kita sebagai anak-anak Allah dan hidup menyerupai Kristus dalam iman dan pengharapan kepada Allah serta kasih kepada sesama.
Dengan kesadaran ini, Sobat YOUCAT sekarang bisa menyerahkan seluruh penderitaan Sobat YOUCAT dalam Ekaristi untuk dipersatukan dengan penderitaan Kristus sendiri. Selain itu, seperti halnya Yesus yang menunjukkan solidaritas-Nya bagi kita yang menderita melalui salib-Nya, yuk kita juga kembangkan solidaritas kita kepada sesama. Latihlah kepekaan kita terhadap sesama kita yang memiliki beban penderitaan dan cobalah dengarkan mereka. Dengan ini sebagai #ManusiaPaskah kita bisa mengembangkan kasih kita kepada sesama.
Yuk Sobat YOUCAT, kita jadi #ManusiaPaskah yang setia menanggung derita dan peduli dengan penderitaan sesama!
Yuk Dibaca Juga
YOUCAT no. 101, 308 DOCAT no. 103