Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus: Sehati Seperasaan dengan Yesus
Hari ini kita merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus. Mengapa Hari Raya ini sungguh penting? Apa makna “Hati Yesus yang Mahakudus” bagi kita?
Sekilas Sejarah Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus
Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus bermula dari kecintaan umat akan Hati Yesus yang Mahakudus yang kemudian menjadi sebuah devosi yang umum dilakukan umat. Tradisi mengatakan praktek devosi ini telah dimulai sekitar tahun 1000 dan pada abad pertengahan. Namun, Santa yang paling sering dikaitkan dengan devosi Hati Kudus Yesus adalah St. Margaret Mary Alacoque (1647-1690).
St. Margaret memperoleh wahyu pribadi dari Tuhan Yesus yang menghendaki perayaan liturgis Hati Kudus Yesus dan praktek silih terhadap dosa-dosa yang dilakukan terhadap Sakramen Mahakudus pada setiap hari Jumat pertama dalam setiap bulan. Lalu pada tahun 1856 Paus Pius XI menetapkan Pesta (perayaan liturgis) Hati Kudus Yesus. Pada tahun 1928 Paus Pius XI mengeluarkan surat ensiklik Miserentissimus Redemptor tentang silih kepada Hati Kudus Yesus; sedangkan tahun 1956 Paus Pius XII mengeluarkan surat ensiklik tentang Haurietis Aquas, tentang devosi kepada Hati Kudus Yesus.
Sehati Seperasaan dengan Yesus
Pernahkah kalian merasakan sakit hati atau ikut merasakan sakit hati yang dirasakan orang lain? Kita pasti pernah merasakan sakit hati ataupun kesedihan karena orang lain entah itu karena merasa ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi atau bahkan dikhianati oleh teman kita sendiri.
Tahukah kamu? Yesuspun merasakan rasa sedih dan sakit hati yang sama. Bahkan Hati Mahakudus-Nya yang ditikam oleh tombak menjadi simbol betapa sakitnya rasa sedih dan sakit hati yang Yesus rasakan.
Mengapa Yesus merasa sedih dan sakit hati? Yesus merasa sedih dan sakit hati atas segala dosa dan kejahatan yang terjadi di muka bumi. Atas penderitaan orang miskin, orang-orang kecil, dan pengungsi yang terjadi setiap hari.
Dan yang pasti, Yesus juga ikut sedih dan sakit hati bersama dirimu.
Ia ikut sedih dalam penderitaanmu. Ia juga ikut sedih dalam perjuanganmu melawan dosa. Ia sedih kalau kamu jatuh. Itu semua karena Yesus sungguh mencintaimu. Yesus selalu setia hadir menemanimu dan seperasaan denganmu dalam jatuh bangun kehidupanmu.
Itulah mengapa kita perlu jujur akan perasaan kita terhadap Tuhan. Kita perlu jujur bahwa kita kesulitan menghadapi dosa-dosa kita. Itulah kunci awal untuk melakukan sikap silih atau pertobatan yang sungguh mengena yaitu sungguh sadar akan rasa sedih, putus asa, dan kesepian kita.
Mengapa ini penting? Karena kesedihan dan sakit hati yang kamu rasakan, itulah yang ikut Tuhan Yesus rasakan dalam Hati-Nya yang Mahakudus. Ia menampung itu semua dalam Hati-Nya. Kamu hanya perlu curhat akan rasa sedih, sakit hati, keputus asaan, dan kesedihanmu kepada Tuhan Yesus. Curhatkan juga apa yang memberatkanmu dalam menghadapi dosa. Menangislah, karena Yesuspun mau menangis bersamamu.
Menangislah bersama-Nya hingga kamu menemukan kelegaan. Dan dalam kelegaan itu, rasakan kalau kamu sudah ikut merasakan kedamaian yang ada dalam Hati-Nya yang Mahakudus.
Lalu mintalah bantuan Roh Kudus agar perlahan hatimu diubah menjadi seperti hati-Nya. Teruslah jujur akan perasaanmu kepada Tuhan Yesus. Hingga suatu saat, kamu akan dapat menangis bersama Yesus melihat orang tua, teman-teman, atau bahkan orang miskin yang menderita. Dan dari situ, kamu dapat menjadi kepanjangan tangan bagi Yesus untuk menolong mereka dengan penuh cinta kasih karena kamu sudah sehati dan seperasaan dengan Yesus.
Ungkapkan isi hatimu di hadapan Hati Yesus yang Mahakudus, Jujurlah akan perasaanmu, dan rasakan perasaanmu perlahan diubah menjadi perasaan-Nya hingga pandanganmu mampu memancarkan kasih-Nya dan tanganmu menjadi kepanjangan bagi cinta-Nya.
Semoga kita mampu semakin kompak sehati dan seperasaan dengan Yesus.
Tuhan memberkati.
Bacaan lanjutan: