#Share: Hati Keibuan Maria yang Menemani Kita
Halo Sobat YOUCAT, perkenalkan namaku Ignatius Ricky Adityanto atau biasa dipanggil Ricky. Aku adalah OMK dari Keuskupan Surabaya dan saat ini terlibat di YOUCAT Indonesia. Aku ingin berbagi kisahku mengenai Hati Tersuci Maria nih. Semoga Sobat YOUCAT berkenan ya...
Aku dulunya sering menganggap doa itu cuma sebagai kata-kata hafalan ataupun sebuah “laporan absen” kepada Tuhan saja. Termasuk devosiku kepada Bunda Maria. Aku sering menganggap doa dan devosi yang sering aku lakukan hanya sebagai rutinitas belaka.
Namun, itu semua perlahan berubah ketika aku mulai mengikuti berbagai retret, terutama dalam retret-retret dengan Spiritualitas Ignatian. Pengalaman paling luar biasa aku alami ketika aku mengikuti Latihan Rohani 30 Hari pada 2017 silam di Girisonta. Salah satu pengalaman doaku berkaitan dengan Bunda Maria dan Hati Sucinya.
Saat itu aku tiba pada permenungan minggu ketiga, yaitu sengsara Yesus. Dalam permenungan minggu ketiga itu, para peserta retret diminta untuk berpuasa selama minggu ketiga. Dan, karena waktu itu aku lagi semangat-semangatnya, aku pun puasa dengan sangat keras. Sampailah aku di penghujung minggu ketiga, yaitu permenungan ketika Yesus wafat dan aku menemani Bunda Maria yang bersedih.
Oleh karena aku puasa dengan sangat keras, malamnya aku jatuh sakit. Rasanya kepalaku sungguh sakit dan dunia di sekitarku seperti berputar-putar dengan cepat. Aku berusaha untuk makan, tetapi selalu muntah. Ingin rasanya aku izin ke pembimbing rohaniku, tapi sayangnya waktu itu sudah sangat malam. Aku juga tidak ingin mengganggu teman-teman peserta retret lain yang sudah tidur di kamar mereka masing-masing.
Di tengah pergulatan dengan sakitku itu, muncul dorongan di dalam hatiku untuk berdoa kepada Bunda Maria. Aku berusaha sekuat tenaga untuk merenungkan betapa sedihnya Hati Tersuci Bunda Maria ketika Yesus, Putranya, wafat di salib. Anehnya, meskipun merasakan sakit yang hebat, aku justru bisa menghayati betul kesedihan hati Bunda Maria. Di sepanjang doaku, perlahan-lahan aku merasakan ketenangan. Aku merasakan betul dalam doaku waktu itu Bunda Maria menemaniku dalam sakitku. Sakitku bukan lagi menjadi sebuah derita yang menyusahkan dan aku bahkan merasa terhibur karena merasa ditemani oleh Bunda Maria. Dengan perasaan ditemani oleh Bunda Maria, aku bisa tidur dengan tenang malam itu. Esoknya, aku bangun dengan segar seolah semalam tidak terjadi apa-apa. Aku merasa aku sungguh-sungguh dirawat oleh Bunda Maria sendiri.
Pengalaman ini mengajarkanku bahwa kekuatan doa dan penyertaan Bunda Maria itu sungguh nyata. Aku mengalami sendiri bahwa di dalam Hati Tersuci Bunda Maria, terdapat cinta yang luar biasa kepada kita anak-anaknya. Karena cintanya itulah ia terus mendoakan dan menemani kita agar kita bisa kembali menemukan Allah. Cinta dalam Hati Tersuci Bunda Maria bagaikan secercah cahaya yang menuntun kita untuk kembali kepada Allah di tengah gelapnya dosa-dosa kita.
(Sharing dari: Ignatius Ricky Adityanto, OMK Keuskupan Surabaya)