Iman dan Harapan yang Teguh dalam Badai
Setiap dari kita tentu saja pernah mengalami masalah, baik itu skala kecil atau besar. Kamu tidak perlu melakukan apapun, masalah itu akan datang sendiri kepadamu (well, a harsh truth, tapi bener, kan?). Nah pertanyaannya mungkin bukan lagi "pernah nggak #SobatYOUCAT mengalami masalah dalam hidup?" melainkan "ketika menghadapi masalah yang bertubi-tubi itu, apa yang akan dilakukan?". Menyerah atau tetap berusaha dengan mengandalkan Tuhan?
Pada bacaan Injil yang menceritakan kisah Lazarus (Yoh 11:1-46), kita dapat mengetahui bagaimana Marta dan Maria mengalami kesedihan karena kehilangan saudara mereka, Lazarus, yang meninggal. Dari kita mungkin ada yang pernah mengalami seperti apa yang dialami mereka, entah kehilangan orang yang penting bagi kita atau hal lain yang berharga. Ketika kita menghadapi hal itu secara mendadak, tanpa persiapan apapun, tindakan apa yang kita lakukan? Sikap apa yang kita ambil? Mengeluh dan menyalahkan Tuhan, lalu menyerah ataukah tetap percaya dan bersandar kepadanya?
Kita bisa membaca pula di Injil bahwa Tuhan Yesus sengaja untuk menunda membangkitkan Lazarus. Mengapa? Apakah Yesus sedang main prank? Hmmm, itu sih kita ya, bukan Tuhan haha, meskipun jujur kita seringkali bilang sama Tuhan, “Tuhan bercanda, ya ini?” (hayooo ngakuuuu!). Yesus membuat Maria dan Marta menunggu agar mereka belajar untuk tetap memiliki pengharapan dan iman yang teguh di tengah hal yang tampak mustahil dan tampaknya Tuhan tidak melakukan apapun, agar mereka tetap percaya bahwa Yesus dapat membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin (Luk 1:37).
Dan apa yang dilakukan kedua saudari itu? Marta dan Maria memilih menunjukkan keteguhan iman dan harapan mereka kepada Yesus di tengah kesedihan mereka. Mereka memilih untuk tidak menyerah dan hanyut dalam kesedihan. Mereka memilih untuk tetap percaya bahwa Yesus dapat membangkitkan Lazarus dari kematian. Bagaimana dengan kita? Ketika kita menghadapi masalah dalam hidup, akan ada saat di mana kita merasa kita berjalan sendiri dan Tuhan seakan diam dan tidak peduli. Apakah kita mau berhenti percaya dan berusaha menyelesaikan masalah dengan kekuatan sendiri sambil bahkan menyalahkan Tuhan? Atau kita mau belajar seperti Marta dan Maria untuk berharap dan hanya berpasrah kepada Yesus?
Ya, secara teori kita tahu jawabannya dan kita juga tahu bahwa tidak mudah untuk tetap teguh dan berserah di tengah badai kehidupan yang begitu kencang, juga menunggu di tengah segala ketidakpastian. Namun disitulah iman dan pengharapan kita dibentuk, di situlah kita belajar untuk makin bergantung hanya kepada Tuhan, dan menyadari bahwa kita semua tidak dapat melakukan apapun tanpa bantuan rahmatNya.
(Oleh: Maria Febri Kristina)