Meneladani St. Yosef dalam Patris Corde

#berimanbukanrecehan, #St.Yosef, #PatrisCorde,
21 January 2021
Meneladani St. Yosef dalam Patris Corde

Halo, #SobatYOUCAT ! Kali ini kita akan merenungkan sedikit tentang Patris Corde, dimana tentu saja tidak dapat dibahas semuanya secara lengkap, namun telah dirangkum secara luar biasa oleh dua Romo kita yang kece, yaitu RD. Peppy dan RD. Theo dari Café Pastor. Let’s check this out!

Patris Corde adalah buah refleksi pribadi dari Bapa Paus Fransiskus dalam situasi pandemi saat ini dengan St. Yosef sebagai tokoh utamanya. Di luar sana banyak sekali orang yang berjuang, berkorban, namun tidak banyak diekspos oleh media, seperti para tenaga medis, petugas kebersihan dan transportasi, dsb. Mereka dikaitkan dengan St. Yosef yang bekerja dalam hening dan tidak tampak, tidak mau menonjol, namun perannya begitu besar dalam karya keselamatan Allah dalam Yesus. Romo Theo dan Romo Peppy sepakat bahwa teladan utama yang bisa diambil dari St. Yosef adalah sikap rendah hatinya. Bagaimana ia berjuang dan berkorban untuk akhirnya mau dengan taat dan penuh kasih melakukan apa yang Tuhan kehendaki melalui mimpi-mimpi yang diterimanya. Para anak muda Katolik saat ini memang memiliki semangat yang luar biasa dalam melayani, begitu menggebu-gebu, namun lupa untuk memiliki semangat seperti St. Yosef untuk bersedia bekerja dalam ketidak-tampakan. Melayani dalam tulus tidaklah diukur dari seberapa besarnya pekerjaan yang dilakukan, namun seberapa murninya motivasi dan kemauan untuk melayani Tuhan dalam segala hal.

Selain itu, St. Yosef mengajari kita untuk mau menerima keadaan dan berani untuk tetap taat dan percaya kepada kehendak Allah. Ya, taat dan percaya membutuhkan keberanian iman! Kita tahu bagaimana St. Yosef harus menjalani situasi yang tidak mudah dan tidak terpahami : tetap menikahi Bunda Maria yang saat itu dalam kondisi tengah mengandung (dengan resiko mendapatkan penghinaan), mencari tempat untuk melahirkan Yesus dimana penginapan penuh, pergi ke Mesir – suatu tempat yang sama sekali asing – untuk melarikan diri dari Herodes, dsb. Apakah St. Yosef tampak mengeluh dan protes, lalu ngambek kepada Tuhan, seperti yang biasanya kita lakukan? Tidak! Ia mencoba menerimanya. Hal ini menjadi tanda bahwa beliau mencoba untuk mensyukuri segala yang telah Tuhan berikan di dalam kehidupannya. Ia yakin dan percaya Tuhan selalu memiliki rencana di dalam hidupnya. Bagaimana dengan kita?

Romo Peppy mengajak kita, sebagai anak muda yang terbiasa memiliki segala macam rencana dan resolusi, apakah siap jikalau itu semua harus dibalikkan oleh Tuhan, ketika Tuhan melihat rencana kita ada yang kurang, ketika Ia ingin ada sesuatu yang “baru dan beda” ? Apakah kita akan memilih untuk menggerutu, menjadi putus asa dan kecewa, merasa percuma saja memiliki rencana jika nanti akhirnya dibalikkan Tuhan, atau menjadi takut untuk bermimpi dan berharap? Atau kita memilih menjadi seperti St. Yosef, yang tetap percaya akan kehendak Allah meski ia tidak mengerti? Dari sini kita belajar bahwa jalan rohani yang ditunjukkan Yosef kepada kita bukanlah jalan yang menjelaskan, tetapi jalan yang menerima.

Romo Theo juga menambahkan, terutama dalam situasi pandemi saat ini, untuk tetap seperti St. Yosef yang penuh kasih, yang melindungi Yesus dan Bunda Maria selama hidupnya. St. Yosef disebut sebagai pelindung orang yang menderita, membutuhkan, terbuang, sengsara, miskin, dan orang yang menjelang kematian. Hal ini kiranya sama dengan apa yang disabdakan oleh Tuhan Yesus; “segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku’ (Mat 25:40).

Mungkin hidup kita berada dalam situasi yang sulit dan tidak mudah, tetapi kita diingatkan pula untuk tetap memiliki hati bagi mereka yang menderita. Ingatlah, penderitaan kita tak akan pernah sepadan dengan penderitaan Tuhan Yesus yang tersalib! Di sekitar kita, banyak orang yang jauh lebih menderita. Oleh sebab itu, kita juga diajak untuk kembali melihat orang-orang yang ada di sekitar kita yang kita temui sehari-hari, apakah mereka juga mengalami penderitaan di dalam hidupnya? Apakah yang sudah kita perbuat bagi mereka? Marilah kita merenungkan bersama, apakah selama hidup kita telah membawa kemuliaan bagi Allah dan menjadi berkat bagi sesama? Seberapa jauh kita telah meneladani St. Yosef dalam kesederhanaannya, kerendah-hatiannya, iman dan ketaatannya, dalam kehidupan kita iman kita sehari-hari? Tidak ada yang mengatakan perjuangan ini akan mudah, namun rahmat Tuhan akan selalu menyertai, hanya jika kita mau percaya.

Tuhan memberkati.