Penyertaan Tuhan di Setiap Fase Kehidupan
Apakah Sobat YOUCAT tahu peribahasa “sudah jatuh tertimpa tangga”? Sepertinya peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan masa muda Yusuf.
Yusuf adalah anak ke-11 dari Yakub. Yusuf lahir pada masa tua Yakub sehingga Yusuf sangat disayang ayahnya, bahkan ia menjadi anak favorit Yakub. Salah satu cara Yakub menunjukkan rasa sayangnya ini ialah dengan membuatkan jubah yang amat indah dan mahal hanya untuk Yusuf. Namun ternyata, hal ini membangkitkan rasa iri di hati kakak-kakaknya sehingga suatu saat kakak-kakak Yusuf menjualnya kepada orang asing, sesudah sempat berencana untuk membunuhnya. Hal ini menjadi periode yang penuh dengan ketidakpastian dalam hidup Yusuf. Perubahan yang besar harus dialaminya, dari yang sebelumnya hidup nyaman di rumah orang tuanya menjadi penuh penderitaan sebagai budak di negeri yang asing. Meski demikian, berkat penyertaan Tuhan, Yusuf selalu berhasil dalam pekerjaannya dan akhirnya ia diangkat menjadi pengurus rumah yang dipercaya oleh tuannya, Potifar.
Ketika keadaan mulai membaik bagi Yusuf, muncullah pencobaan lain. Istri Potifar yang mengagumi Yusuf terus berusaha menggoda Yusuf untuk tidur dengannya. Tapi, Yusuf selalu menolaknya. Suatu saat istri Potifar memfitnah Yusuf sehingga Yusuf harus masuk penjara. Lagi-lagi Yusuf mengalami penderitaan meskipun ia tidak bersalah. Saat-saat seperti ini sering kita gambarkan dengan “sudah jatuh tertimpa tangga pula”. Sudah dibenci saudaranya, berusaha dibunuh, dijual sebagai budak, jauh dari keluarga, difitnah, dan masih harus mendekam di penjara di negeri yang asing.
Tapi berkat penyertaan Tuhan, Yusuf menjadi orang kepercayaan kepala penjara. Tidak hanya itu, Tuhan pun memampukan Yusuf mengartikan mimpi Firaun mengenai peringatan akan tahun-tahun kemakmuran dan kelaparan. Oleh karenanya Yusuf diangkat menjadi penguasa di Mesir oleh Firaun. Masa-masa gelap Yusuf akhirnya digantikan dengan masa kejayaan oleh Tuhan. Tidak sampai di situ, bahkan Yusuf pun menjadi sarana keselamatan bagi keluarganya di tengah masa kelaparan.
Sobat YOUCAT, mungkin sebagian dari kita pernah mengalami ketidakpastian dalam hidup seperti halnya Yusuf. Seperti masa pandemi ini yang membuat penghasilan kita tidak menentu, belum lagi kekhawatiran akan kesehatan diri sendiri dan orang yang terkasih. Atau mungkin, ketika sudah bertindak benar tapi ada saja kemalangan demi kemalangan yang menimpa hingga akhirnya merasa sendirian, tersesat, dan tak berdaya. Dalam situasi-situasi seperti ini, kadang kita bertanya-tanya apakah Tuhan masih ada? Apakah Tuhan sudah meninggalkan kita? Apakah kita harus berjuang sendirian dalam hidup ini? Mata kita seolah-olah tertutup akan penyertaan Tuhan selama ini dan yang kita lihat hanyalah pencobaan demi pencobaannya saja.
Kisah hidup Yusuf dalam kitab Kejadian mengingatkan kita kembali bahwa sejatinya Tuhan selalu ada beserta kita bahkan dalam ketidakpastian hidup ini (bdk. Kej 39:2). Tuhan sendiri pernah berjanji “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (bdk. Ibr 13:5). Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sedetik pun, bahkan dalam masa terkelam hidup kita. Sama seperti saat masa tergelap hidup Yusuf, Tuhan selalu menyertainya dan melimpahkan kasih setia-Nya kepada Yusuf (bdk. Kej 39:21). Tuhan memang tidak meniadakan kesusahan-kesusahan dalam hidup Yusuf, namun Tuhan selalu menyertai setiap langkah Yusuf dalam menghadapi kesusahan-kesusahan tersebut. Tuhan bekerja dengan cara-Nya sendiri melalui pencobaan-pencobaan yang kita lalui.
Di sisi lain, Yusuf pun berjuang untuk tetap setia pada Tuhan. Tidak sekali pun diceritakan bahwa Yusuf marah ataupun kecewa pada Tuhan karena kesukaran yang dialaminya. Sebaliknya, Yusuf selalu hidup sesuai dengan apa yang berkenan bagi Tuhan. Yusuf bisa saja menggunakan kekuasaan dan kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan semena-mena. Atau ketika ia digoda terus menerus oleh istri Potifar, ia bisa saja menurutinya sehingga ia tidak perlu dijebloskan ke penjara.
Teladan lain yang bisa kita peroleh dari Yusuf adalah ia selalu mengandalkan Tuhan. Ketika diminta untuk menafsirkan mimpi, ia tetap rendah hati, ia dengan berani mengatakan bahwa Allah-lah yang menerangkan arti mimpi tersebut (bdk. Kej 40:8). Selain itu, Yusuf tidak menaruh dendam atas orang-orang yang membuat Yusuf menderita. Ia justru __ mengampuni__ mereka seperti yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan dan bahkan Yusuf mau memberikan gandum bagi saudara-saudaranya yang kelaparan dan memberikan tempat tinggal.
Sobat YOUCAT, mari kita merenungkan lagi, apakah kita sudah berlaku seperti Yusuf di tengah masa-masa kesusahan kita? Apakah kita tetap percaya akan penyelenggaraan Tuhan dan tetap hidup sesuai dengan apa yang berkenan kepada-Nya? Ataukah kita malah meninggalkan Tuhan dan hidup semau kita? Kita butuh rahmat Tuhan untuk tetap setia kepada-Nya. Maka dari itu, marilah kita berdoa supaya kita bisa selalu menyadari penyelenggaraan Tuhan di hidup kita
Oleh: Ella Andrea W | @ellandrea