Peran Bunda Maria dalam Pentakosta dan sebagai Bunda Gereja
Hari Raya Pentakosta dimaknai sebagai hari lahirnya Gereja. Setelah Yesus terangkat ke Surga, para rasul kembali ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun. Mereka semua bertekun sehati dalam doa bersama Bunda Maria. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka sedang duduk berkumpul dan berdoa. Tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus. Mereka yang dulu bersembunyi, takut, ragu, kecewa, dan putus asa, kemudian mengalami kobaran api semangat yang baru dari Roh Kudus. Muncul keberanian menyala-nyala untuk keluar dari penjara dan kemudian bersaksi. Mereka penuh semangat, penuh pengharapan, tangguh, dan berkeyakinan iman mendalam akan Yesus yang hidup
Hubungan Hari Raya Pentakosta dan Perayaan Maria Bunda Gereja
Saat ini, pada hari Senin sehari setelah kita merayakan Hari Raya Pentakosta, Gereja memperingati Santa Perawan Maria sebagai Bunda Gereja. Menurut kisah yang tersebar, Gelar Maria sebagai Bunda Gereja (Mater Ecclesiae) pertama kali disebut oleh Uskup Treves tahun 1125. Gelar tersebut memang belum resmi ditetapkan oleh Gereja. Namun banyak tokoh besar dalam Gereja yang menyebut Gelar Maria sebagai Bunda Gereja dari buah-buah permenungan dan perjumpaan doa antara lain Santo Antonius (1458), Paus Leo XIII (1903), dan Paus Yohanes XXIII (1963). Barulah pada 21 November 1964, saat Misa Kudus Penutupan Sesi 3 Konsili Vatikan II, Gelar Bunda Gereja dianugerahkan secara resmi kepada Santa Perawan Maria oleh Paus Paulus VI. Namun pada saat itu hanya penetapan gelar secara resmi dan tidak ada peringatan wajib dalam kalender liturgi Gereja. Lebih dari 50 tahun kemudian, pada 11 Februari 2018, pada kesempatan 160 tahun penampakan Bunda Maria di Lourdes, Paus Fransiskus mengeluarkan dekrit yang menetapkan hari Senin sesudah Minggu Hari Raya Pentakosta sebagai peringatan wajib untuk menghormati Maria Bunda Gereja.
Bunda Maria tidak terpisahkan dari Gereja. Ia selalu hadir bersama dan di dalam Gereja. Ia menyertai para pengikut Putera-Nya dalam situasi apapun. Ia hadir sebagai Bunda yang melindungi, menemani, mendoakan, dan memberikan kekuatan kepada Gereja. Kisah penyerahan Bunda Maria kepada Yohanes dan penyerahan Yohanes kepada Bunda Maria yang dilakukan Yesus di atas kayu salib merupakan landasan kokoh relasi Bunda Maria dengan Gereja. Relasi kokoh yang tak terpisahkan ini dikehendaki sendiri oleh Yesus. Gereja harus selalu yakin bahwa ia terus bertumbuh dan berkembang di bawah perlindungan dan pemeliharaan Bunda Maria. Gereja juga harus senantiasa menerima Maria dengan menghormatinya melalui devosi serta ketekunan dalam meneladani keutamaan Maria seperti kerendahan hati, ketaatan, kesetiaan, kepedulian, serta iman yang mendalam.
Para murid berdoa bersama Bunda Maria menantikan turunnya Roh Kudus menjelang hari Pentakosta. Itulah doa Novena pertama yang dicatat dalam Kitab Suci. Sebagaimana para murid Tuhan Yesus saat itu, kita kini pun berdoa bersama Bunda Maria untuk memohon penggenapan janji Tuhan yang akan mencurahkan Roh Kudus-Nya. Bunda Maria yang telah dipenuhi Roh Kudus, memang telah lebih dulu mengalami bagaimana Roh Allah membimbing dan menopangnya dalam seluruh perjalanan hidupnya. Tentu dengan kasih penyertaan seorang ibu, Bunda Maria rindu agar kita pun dapat mengalami tuntunan Roh Kudus seperti yang ia alami.
Maria ada bersama para murid pada waktu pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Bagi Maria, Roh Kudus yang turun atas para rasul mengembalikan kenangan ketika ia menerima kabar dari Malaikat Agung Gabriel yang mengatakan: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau” (Luk 1:35), di mana saat itu ia menyerahkan diri pada kuasa Roh Kudus. Tentunya sekarang Bunda Maria sangat bersukacita menyadari bahwa Roh Kudus telah datang untuk memenuhi dan mengabadikan semua yang dicapai oleh Kristus, Putera-Nya. Sekarang, dia mengalami karunia agung dari Putera-Nya yaitu Roh Kudus yang dicurahkan sebagai karunia untuk membuat Puteranya hidup dalam hati para murid dan di tengah umat manusia. Seperti ketika ia dulu memelihara Kristus dalam rahimnya, maka sekarang Bunda Maria harus memelihara komunitas para murid dengan kehadirannya sebagai seorang ibu, dengan teladan-teladannya, kenangan-kenangannya, dan kata-katanya. Bunda Maria akan selalu ada menyertai Gereja selama-lamanya.
Kedekatan Maria dengan Roh Kudus menghasilkan buah kepada orang-orang yang berada di sekitarnya. Contoh pertama ialah pelimpahan Roh Kudus kepada Elisabet ketika Maria mengunjunginya. Roh Kudus juga membuat bayi dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan. Karena Roh Kudus, Elisabet juga bernubuat (Luk 1:41). Roh Kudus juga memenuhi Zakarias (Luk 1:67). Melimpahnya Roh Kudus karena kehadiran Maria juga bisa kita lihat pada pertemuan Maria dengan Simeon dan dengan Hana. Berbagai peristiwa ini seolah mengatakan bahwa orang-orang di sekitar Maria sudah mengalami Pentakosta yaitu dipenuhi dan digerakkan oleh Roh Kudus. Pengalaman dan sikap batin Maria seolah menjadi sarana pembelajaran bagaimana membuka hati dan bekerja sama dengan Roh Kudus.
Melihat peran Maria yang sedemikian penting dalam kaitan dengan Roh Kudus, maka kita bisa memastikan bahwa kehadiran Maria di antara para rasul (Kis 1:14) merupakan sarana pembelajaran untuk membuat kehadiran Roh Kudus menjadi efektif dalam hidup mereka. Konsili Vatikan II melihat kesejajaran antara peristiwa pewartaan Kabar Gembira dan peristiwa Pentakosta (LG 59; AG 4).Pada peristiwa Kabar Gembira, turunnya Roh Kudus terjadi karena keterbukaan Maria, dan buahnya ialah inkarnasi Sang Sabda dalam rahimnya. Pada Pentakosta, turunnya Roh Kudus membuahkan kelahiran Tubuh Kristus, Gereja. Pengalaman dan sikap batin Maria yang sudah bergaul dengan Roh Kudus selama lebih dari 30 tahun pastilah ikut membentuk para rasul untuk membuka hati dan bekerjasama dengan Roh Kudus. Dengan demikian, bersama Bunda Maria, kita dibantu untuk hidup dalam Roh Kudus dan menghasilkan buah-buah Roh seperti kasih, damai sejahtera, pengendalian diri, sukacita, kesabaran, kelemahlembutan. Semoga kita makin mencintai Bunda Maria dalam persekutuan dengan Gereja Kudus yang terus disertai dan dituntun Roh Kudus.
Salam, Sr. Felicia, dari Permenungan dan Berbagai Sumber.