Pesan Natal Bapa Suci: Terang Kristus Lebih Besar

#Natal, #Paus, #Urbi et Orbi, #Kristus, #Perdamaian, #Imigran, #Pengungsi, #BerimanBukanRecehan,
26 December 2019
Pesan Natal Bapa Suci: Terang Kristus Lebih Besar

“Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar” ~Yes 9:1~

Sesuai dengan tradisi, pada Hari Raya Natal kemarin Paus Fransiskus mengucapkan pesan sucinya yang disebut “Urbi et Orbi” (Untuk Kota dan Untuk Dunia). Kira-kira apa ya yang menjadi pesan Bapa Suci Paus Fransiskus pada Natal tahun ini?

Ada Banyak Kegelapan, Tapi Terang Kristus Lebih Besar

Paus Fransiskus menceritakan dengan sangat indah bagaimana Yesus adalah terang cinta kasih Allah yang lahir kedalam dunia untuk menuntun kita ke luar dari kegelapan. Terang yang memberi penerangan dan kehangatan di tengah malam yang gelap dan dingin. Terang yang menuntun sejarah perjalanan manusia menuju kebebasan dan kedamaian.

Paus Fransiskus juga mengingatkan kita bahwa ada kegelapan yang terus menghantui hidup kita, mulai dari kehidupan pribadi, keluarga, hingga sosial, politik, dan ekonomi sebuah negara. Akan tetapi, Paus Fransiskus menegaskan bahwa terang Kristus jauh lebih besar dari semua kegelapan itu. Beliau mengutip dari Kitab Yesaya “Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar” (Yes 9:1). Dan terang itu adalah Yesus Kristus.

Kemudian, beliau menyebutkan dan mendoakan satu persatu permasalahan yang dunia hadapi. Mulai soal anak-anak dan peperangan di Timur Tengah, masalah sosial politik di Venezuela, Ukraina, dan negara-negara di Afrika, hingga mereka yang harus menjadi imigran di negara asing karena ketidakadilan di negara asalnya.

Yang terakhir, beliau juga berdoa untuk kita semua agar kita mampu menjadi perantara terang dan kasihnya.

“Semoga Imanuel memberikan terang kepada sesama kita yang menderita. Semoga Ia melembutkan hati kita yang keras dan egois, dan membuat hati kita menjadi perantara cinta-Nya. Semoga Ia memberikan senyum-Nya, melalui wajah-wajah malang kita, kepada seluruh anak-anak di dunia: mereka yang terlantar dan yang mengalami kekerasan. Melalui tangan kita yang rapuh, semoga Ia memberi pakaian kepada mereka yang tidak memiliki pakaian, memberi roti kepada mereka yang lapar serta menyembuhkan yang sakit. Melalui persahabatan kita , sebagaimana adanya, semoga Ia menjadi dekat dengan para orang tua dan yang kesepian, kepada para imigran dan mereka yang terpinggirkan. Dalam Hari Raya Natal yang penuh bahagia ini, semoga Ia memberikan kelembutan-Nya kepada semua orang dan menerangi kegelapan dunia ini.”


Nah, bagaimana dengan kita? Maukah kita menjadi perantara kasih Allah?

Yuk kita refleksikan Docat no 15 di bawah ini!

Apakah manusia dipanggil untuk mengasihi?

Ya, kasih sangat sesuai dengan hakikat manusia, yakni untuk dikasihi dan mengasihi. Di sini, Allah adalah contoh ideal bagi manusia. Yesus menunjukkan bahwa Allah sendiri tak lain ialah kasih. Antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus terjadi saling memberi dan menerima kasih abadi. Manusia juga ikut ambil bagian dalam persekutuan kasih ini. Hidup kita akan berhasil hanya jika kita tidak menutup diri terhadap aliran kasih Ilahi, dengan kata lain, membuka diri. Kasih membuat kita terbuka akan kebutuhan sesama kita dan memampukan kita melampaui diri kita sendiri. Yesus Kristus yang telah mengorbankan diri di kayu salib secara sukarela karena cinta pada manusia, telah melaksanakan tindakan kasih terbesar dengan cara melampaui hidup manusiawi-Nya.