Sabda yang Membahagiakan

#5thyoucatid, #youcat, #youcatid, #katekismuspopuler, #omkindonesia, #berimanbukanrecehan, #kegereja, #sabdaTuhan, #LiturgiSabda, #Injil,
18 June 2021
Sabda yang Membahagiakan

Dalam pengalaman hidup sehari-hari, kita mengalami begitu banyak perjumpaan dengan mereka yang di sekitar kita. Tidak semua perjumpaan membawa kebahagiaan, kadang ada juga yang membawa duka. Tapi tahukah kalian Sobat YOUCAT, bahwa ada sebuah perjumpaan yang dapat membawa kita pada kebahagiaan kekal? Perjumpaan tersebut bukan hanya merupakan perjumpaan fisik, tapi juga perjumpaan yang hadir lewat kata-kata, tepatnya berupa sabda yang membahagiakan. Sabda yang membahagiakan tersebut adalah Injil Tuhan yang diwartakan lewat santapan Sabda dalam Perjamuan Ekaristi Kudus.

Santapan Sabda dan Perjamuan Ekaristi Kudus merupakan sebuah kesatuan integral dari misteri penyelamatan Allah bagi manusia. Keduanya berdasarkan kepada Kitab Suci. Gereja Katolik, dengan sikap iman mendalam, sangat menghormati Kitab Suci. Dalam Konstitusi Dogmatik tentang wahyu Ilahi, Dei Verbum, Konsili Vatikan II memberikan ulasan yang menegaskan bahwa, "Kitab Suci seperti Tubuh Tuhan sendiri selalu dihormati oleh Gereja, terutama dalam Liturgi suci. Kita selalu menyambut roti kehidupan dari meja perjamuan Sabda Allah juga Tubuh Kristus sendiri." Hal ini merupakan bagian dari pemenuhan kehidupan spiritual umat Allah.

Pemenuhan diri terhadap kebutuhan spiritual ini ternyata membawa manusia kepada sebuah kedalaman batin yang membahagiakan dan mendamaikan, serta membawa perubahan dalam kehidupan. Dan mungkin hanya segelintir umat yang menyadarinya. Sadarkah kita bahwa ketika kita sedang berada dalam keterpurukan, kita dapat tiba-tiba kembali bersemangat, kita mau bangkit dan maju, hanya dengan membaca dan/atau mendengarkan sabda Allah? Sabda Allah inilah yang patut kita sadari adalah suatu bentuk atau pengalaman perjumpaan batin dengan Allah sendiri.

Dari pemahaman akan Injil dan juga pengajaran para Nabi lewat Kitab Suci Perjanjian Lama, kita harus menyadari bahwa semuanya itu membawa kita pada perjumpaan batin akan Allah. "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (Bdk. Mat. 5: 8). Bahagia merupakan impian dan harapan semua orang. Apalagi jika rasa bahagia itu dapat dirasakan secara kekal, dimana hal itu dapat dirasakan ketika berjumpa dan melihat Allah. Jika setiap saat kita mendasarkan hidup kita kepada Tuhan, maka kebahagiaan yang didapatkan dari pengalaman perjumpaan batin dengan Sang Ilahi ini dapat kita rasakan. Ya, bukan berarti hidup kita kemudian akan bebas hambatan, namun meski kita mengalami sebuah keadaan yang sulit di dunia ini, bukan berarti kita harus tetap tinggal dalam kesedihan dan penderitaan itu. Ketika kita membawa segala macam kesulitan ke hadirat Tuhan dalam relasi kita denganNya, kebahagiaan itu ada. Kita percaya Tuhan senantiasa bersama kita dan menguatkan kita melalui SabdaNya. Di sini, iman menjadi dasar menuju kebahagiaan.

Salah satu ciri orang beriman adalah merindukan Allah setiap saat. Jika kita merindukan seseorang, tentu kita ingin senantiasa mencari cara untuk berjumpa dengan dia, bukan? Demikian pula halnya dengan kerinduan akan Allah. Kerinduan akan Allah inilah yang membawa kita semua, sebagai umat dan anak-Nya, untuk semakin mencari jalan yang dapat membawa kita kepada suatu perjumpaan dengan Allah yang dirindukan itu. Dan tanpa kita sadari, kerinduan itu, terkadang membawa kita pada sebuah kebangkitan rohani yang dahsyat. Nah, melalui Sabda Allah, kita harus menyadari bahwa dalam kehidupan setiap hari kita terkadang mengalami kekeringan batin, kita haus akan sebuah pertemuan yang mistik akan Allah.__ Kita menyadari bahwa tidak ada yang dapat memuaskan dan memenuhi hati kita serta menyelamatkan kita selain Allah.__ Di sini, kita di ajak untuk selalu merenungkan Kitab Suci sebagai sebuah pedoman untuk menemukan kesadaran akan kerinduan kita terhadap Allah. Esensi bahagia adalah melalui persatuan atau perjumpaan akan Allah dalam hidup kita.

Dari sinilah kita harus mampu untuk bangkit dari ketidakberdayaan kita sebagai manusia biasa. Terkadang kita jatuh, kita melakukan kesalahan, juga melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak patut kita lakukan. Sabda yang membahagiakan menjadi sebuah pedoman untuk hidup seturut pedoman Injil. Kita harus mampu mengalami kebangkitan secara total. Yesus bangkit untuk menyelamatkan kita dari kelemahan kita akan dosa. Kita pun harus mengalami kebangkitan itu, mengalami suatu momen untuk mengubah diri dari manusia lama menjadi manusia baru dalam Kristus. Kita mau bangkit dari ketidak-berdayaan kita sebagai manusia.

Marilah kita semakin rendah hati untuk mau menerima kehadiran Allah yang bangkit, lewat sebuah perjumpaan dalam Ekaristi Kudus dan Santapan Sabda Allah yang membahagiakan dan membawa kita pada kebangkitan yang mulia.

(Oleh :Guido Alvin Clementino Tuas | @guidoalvin12)

(Sumber Gambar : https:www.jalandamai.com)