Salib: Harapan Orang Kristiani
Bacaan: Mat 21:1-11; Mat 26:14-27;66.
Sobat Youcat,
Kini kita memasuki gerbang Yerusalem bersama Kristus. Kita memasuki gerbang itu dengan elu-elu-an daun palma. Namun, elu-elu-an itu hanya sesaat saja karena setelahnya suasana berubah menjadi suasana miris; menjadi suasana kecaman dan hujatan pada Yesus Kristus, Sang Raja.
Sobat Youcat,
Pertanyaan yang muncul: “Mengapa ada perubahan seperti itu?” Perubahan ini muncul ketika ada suatu penilaian terhadap Yesus, Sang Guru. Masing-masing membuat penilaiaan: “Siapakah Yesus itu?” Penilaian yang paling menyakitkan adalah penilaian terhadap Yesus yang menanggapnya sebagai Raja dan musuh Kaisar. Tentu, sangkaan ini tidak benar pada Yesus. Yesus menerima konsekuensi akan tuduhan tersebut, yaitu kematian. Sungguh, tindakan pada Tuhan itu tidak adil keji.
Sobat Youcat,
Tuhan Yesus menerima kenyataan yang malang dalam dirinya. Ia memilih untuk menerima hal itu walaupun Dia sebenarnya tidak bersalah dan tidak pantas dihukum, bahkan hukuman mati. Namun, Tuhan Yesus menjalankan tuduhan palsu kepadanya dan hukuman maut yang diberikan kepada Dia. Mungkin, Tuhan bisa menolak dan memberontak atas perlakuan mereka. Tuhan Yesus bisa membela dirinya dihadapan Pilatus. Akan Tetapi Tuhan tahu bahwa Dia hadir juga dengan sebuah misi supaya manusia dapat selamat walaupun tanpa kekerasan, walaupun tanpa ‘angkat senjata’.
Sobaat Youcat,
Di tengah-tengah dunia yang dihantui oleh kekuatiran COVID-19 ini, kita semua sebagai pengikut Yesus Kristus hendak berpartisipasi pada penderitaan-Nya. Kita mungkin juga saat ini memasuki “gerbang” karantina, gerbang yang membuat kita tidak merasa nyaman, tidak lagi punya ruang gerak yang luas. Kita semua dihadapkan kecemasan dan ketakutan yang tak pernah tahu kapan ini berakhir.
Sobat Youcat,
Paus Fransiskus ketika Ubi et Orbi 27 Maret yang lalu mengatakan: „Salib adalah harapan“. Sungguh pernyataan ini sebenarnya juga ajakan bagi kita untuk turut serta memanggul salib Guru kita. Dia menerima dan memanggulnya karena kesadaran bahwa Dia mau memberikan harapan kepada manusia supaya merasakan pembebasan. Kita pun demikian; kita yang dalam pandemi ini perlu menyadari bahwa Yesus bersama kita. Dia memberikan harapan melalui salib yang dianggap sebagai “kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi orang percaya akan keselamatan salib adalah kekuatan Allah” (Bdk. 1 Kor 1:18). Pandemi bukan “kebinasaan”. Pandemi adalah saat kita mau bersama Tuhan yang masuk gerbang Yerusalem dengan sambutan tetapi di dalamnya ada tuduhan dan kematian yang dihadapan-Nya bukan karena kesalahan diri-Nya tetapi karena dosa manusia.
Sobat Youcat,
Tuhan Yesus akhirnya harus wafat di salib. Dia membawa semua tuduhan palsu dalam diri-Nya. Dia terdiam pada kenyataan itu. Dia tergantung di salib dalam kesepian dan perasaan ditinggalkan. Ini bukan sebuah kemandegan, tetapi ini semua adalah proses kemenangan sejati; kemenangan atas kelemahan dan dosa manusia. Yesus tidak diam. Dia mau mengatakan sesuatu kepada kita yang memperhatikan hal itu. “Jangan takut, Aku bersama penderitaan yang kamu alami”.
Sobat Youcat,
Ayo tetap semangat dan percayalah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia menemani hari-hari gersang kita ini. Hal yang utama dan perlu adalah “Kita mau bersama-Nya dalam peristiwa pandemi ini”.
Tuhan membekati kita semua.
Rm Benny Suwito