Sehati dan Seperasaan
Pengantar
Gereja Katolik melihat Bunda Maria memiliki peran penting dalam hidup Tuhan Yesus sebagai Ibu-Nya. Gereja pun memberikan banyak gelar istimewa pada Bunda Maria, seperti Bunda Allah sebagai ungkapan bahwa Bunda Maria adalah ibu yang menjadi ibu bagi Putera Allah, Yesus Kristus. Namun, lebih dari gelar yang diberikan kepada Bunda Maria, hal yang jauh lebih penting adalah keeratan hati antara Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Keduanya memiliki relasi yang tak terpisahkan karena sehati dan seperasaan. Bagaimana hal itu dapat dipahami?
Bunda Maria dan Yesus: Tak Terpisahkan
Relasi kesatuan hati Yesus dan Hati Bunda Maria yang Tak Bernoda memiliki sejarah yang panjang dalam Gereja. Tokoh yang tak boleh terlewatkan dalam pemahaman kesatuan hati tersebut adalah St. Yohanes Eudes (1601-168). Dia lah yang menulis dan mengupayakan Liturgi Perayaan Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Bunda Maria sehingga Paus Leo XIII menjulukinya sebagai “Penulis Liturgi Kebaktian kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Bunda Maria” pada tahun 1903.
Pada tahun 1979, Paus Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Redemptoris Hominis memberikan penjelasan atas relasi ini secara teologis bahwa relasi hati Bunda Maria dan Tuhan Yesus terjadi ketika Bunda Maria menyatakan “fiat”-nya. Baginya, pernyataaan “fiat” Bunda Maria menghubungkan hati keduanya karena sesudah Maria menyatakan itu ia selalu mengikuti karya Puteranya (Bdk. Redemptoris Hominis, 22). Bahkan, pada tahun 1985 dalam Angelus, Bapa Suci menggagas sekaligus menetapkan istilah yang memberi penegasan kesatuan tersebut dengan menyebut: “The Alliance of the Hearts of Jesus and Mary”.
Kemudian, jika ditelisik lebih jauh, kesatuan kedua hati ini ada dalam pelbagai peristiwa yang ada dalam Injil, termasuk apa yang telah disebutkan oleh Paus Yohanes Paulus II tersebut. Injil telah mencatat bahwa hati Tuhan Yesus dan Bunda Maria tak terpisahkan. Salah satu peristiwa yang memberikan gambaran bahwa Bunda Maria sungguh punya ikatan batin dengan Yesus adalah saat Tuhan Yesus dipersembahkan di Kenisah yaitu saat Simeon mengatakan kepadanya: Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang” (Luk 2:34-35).
Peristiwa lain yang juga memberikan gambaran akan keeratan bahwa kedua hati tersebut erat dan sehati dan seperasaan adalah saat Bunda Maria berhadapan dengan reaksi Puteranya saat ditegur di Yerusalem ketika Ia meninggalkan kedua orang tuanya untuk berbincang dan berdiskusi dengan para Ahli Taurat di Bait Allah. Saat itu Bunda Maria mengatakan pada Yesus: “Nak, mengapa engkau berbuat demikian kepada kami?” Akan tetapi, kata-kata Tuhan Yesus sungguh tidak terpahami bagi orang yang mendengarkannya: “Mengapa engkau mencari Aku, tidakkah engkau tahu bahwa Aku berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk 2:49) Meskipun kata-kata tersebut seolah-olah menyakitkan orang tua-Nya, tetapi Bunda Maria menerima itu karena dia sangat mengenal Putera-Nya sehingga ia pun menyimpan segala perkara dalam hatinya (bdk. Luk 2:52).
Selain peristiwa tersebut, keeratan kedua hati Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang sehati dan seperasaan tampak dalam “Perkawinan di Kana” (Yoh 2:1-11), mukjizat pertama Tuhan Yesus. Saat itu tuan rumah kehabisan anggur dan Bunda Maria hendak membantu tuan rumah supaya bisa tetap menjamu tamu-tamunya. Sungguh Bunda Maria sangat paham dengan Puteranya meskipun sekali lagi kata-kata Tuhan Yesus mungkin kurang sopan kepada ibu-Nya: “mau apakah engkau daripada-Ku, ibu?” Tetapi karena Bunda Maria memiliki keeratan hati dengan Puteranya ia pun hanya mengatakan kepada para pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu buatlah itu” (Yoh 2:2). Dan nyatalah apa yang diminta oleh Bunda-Nya bahwa Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur bahkan memberikan anggur yang terbaik kepada tuan rumah sehingga tuan rumah mendapat pujian: “Setiap orang akan menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang” (Yoh 2:10).
Oleh karena keeratan Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda dari Bunda Maria tersebut, Bunda Maria pun mengatakan dalam penampakan di Fatima kepada para gembala kecil bahwa hatinya memiliki hubungan dengan Tuhan Yesus. Itulah mengapa kemudian Jacinto Marto, salah satu yang memperoleh penampakan itu berkata kepada Lucia dos Santos supaya mengatakan kebenaran keeratan keduanya tersebut dengan menegaskan: “Ketika engkau mengatakan hal ini, janganlah pergi dan bersembunyi. Katakan kepada setiap orang bahwa Allah menganugerahkan rahmat melalui Hati Tak Bernoda Bunda Maria dan katakanlah pula bahwa orang haruslah meminta rahmat tersebut melalui dia; dan Hati Yesus menghendaki supaya Hati Tak Bernoda Bunda Maria dihormati di sisi-Nya. Katakanlah kepada mereka untuk juga berdoa kepada Hati Tak Bernoda Bunda Maria bagi perdamaian karena Allah telah mempercayakan hal tersebut kepadanya”.
Bunda Maria: The Greatest of All Saints
Keeratan antara kedua hati, baik Hati Kudus Yesus dan Hati Bunda Maria yang tak bernoda menjadikan Bunda Maria itu disebut sebagai “The Greatest of All Saints”. Bunda Maria menjadi sosok yang penting dan utama dalam hidup Yesus Kristus dan juga menjadi teladan hidup bagi para kudus lain. Ia adalah Bunda bagi semua murid Yesus sebagaimana Tuhan Yesus sendiri menunjuk Bunda Maria dengan mengatakan kepada Rasul Yohanes di bawah kaki salib: “inilah ibumu” (Yoh 19:27).
Konsekuensi dari “kebundaaan” dari Bunda Maria tersebut memberi dampak kepada semua murid Yesus dan para pengikut Tuhan Yesus. Artinya mereka yang hendak mengenal Tuhan Yesus secara mendalam perlu juga mengenal Bunda Maria karena Bunda Maria adalah sosok pertama yang menjadi murid Kristus. Ia adalah tokoh yang membuka pintu bagi jalan Tuhan Yesus untuk berkarya di dunia. Oleh karena itu, Santo Louis Maria de Monfort (1673-1716) mengatakan: “Melalui Santa Perawan Maria, Tuhan Yesus Kristus telah datang ke dunia: melalui Maria pulalah Dia harus berkuasa di dunia”.
Dengan demikian, Bunda Maria dan Tuhan Yesus adalah Ibu dan Putera yang tak terpisahkan satu sama lain. Keduanya saling terhubung sebagai Ibu yang memahami Puteranya dan Putera yang mengenal Ibunya. Karena itu, tidak salahlah ungkapan yang memberikan peneguhan betapa Bunda Maria memiliki relasi yang mendalam dan menjadikan dia lebih dari para kudus yang lain yaitu: Per Mariam Ad Iesum.
Penutup
Kesatuan hati Bunda Maria dan Tuhan Yesus menjadi tanda betapa Allah sungguh mengasihi manusia. Allah tidak saja memberikan Tuhan Yesus tetapi juga Bunda Maria supaya manusia mengerti kasih sejati sekaligus menjadi teladan dalam mengasihi Yesus dalam hidup manusia seperti Bunda Maria. Oleh sebab itu, perayaan Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria disatukan sebagai tanda keeratan, kemesraan Bunda Maria dan Puteranya yang menuntun manusia kepada kehidupan yang lebih baik, terutama Allah membuka pintu lebar-lebar kerahiman-Nya melalui kedua Hati Kudus tersebut. Terlebih lagi supaya perdamaian di dunia dapat diwujudkan melalui kesatuan kedua Hati yang Kudus itu.
Penulis: RD. Yohanes Benny Suwito