St. Yoakim dan St. Anna: Teladan Keluarga Beriman
Tahukah kalian St. Yoakim dan St. Anna? Mereka berdua adalah orang tua Bunda Maria. Mau tahu lebih jauh tentang mereka dan teladan apa yang bisa kita petik dari mereka? Yuk kita baca.
Keluarga Beriman nan Harmonis
St. Yoakim dan St. Anna adalah orang tua Bunda Maria. Mereka berdua hidup dengan rukun, taat beribadah kepada Tuhan, dan gemar berbagi kebaikan.
Di masa-masa awal pernikahan mereka, mereka tidak segera memiliki anak, bahkan sampai mereka tua. Namun mereka tetap setia dalam iman mereka dan dalam berbagi kebaikan. Mereka baru dianugerahi seorang anak oleh Tuhan, yaitu Bunda Maria, ketika mereka sudah lanjut usia.
Setelah mereka memiliki anak pun, mereka tetap taat beribadah dan terus hidup dengan rukun. Mereka juga merawat Maria dengan baik. Mereka lalu mempersembahkan Maria untuk tinggal di Bait Allah sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. Hingga mereka meninggal, mereka terus menjadi pendoa yang setia.
Keluarga yang Keren Itu Keluarga yang Beriman dan Rukun
Di zaman now ini, tentu sering kita dengar keluarga muda yang baru saja menikah sudah bercerai. Bahkan artis-artis terkenal nan kerenpun banyak yang keluarganya akhirnya bercerai. Banyak juga gerakan-gerakan yang mendorong kita untuk cepat-cepat menikah. Ada juga yang pesimis dengan pernikahan, “toh ujung-ujungnya cerai juga”, begitu pikir mereka.
Memang bagaimana sih gambaran keluarga yang keren dan kekinian itu?
Keluarga yang keren dan kekinian itu keluarga yang rukun, beriman, berpikiran terbuka, dan langgeng hasil dari pendewasaan dan persiapan diri yang matang sejak sebelum menikah. Karena dari sanalah terlahir anak-anak yang beriman, dewasa, berpikiran terbuka, dan berprestasi keren serta kekinian.
Seperti halnya yang diteladankan St. Yoakim dan St. Anna. Berkat teladan hidup rukun dan beriman merekalah Maria akhirnya mampu bertumbuh menjadi perempuan yang dewasa dan beriman hingga siap menjadi Bunda Yesus.
Oleh karena itu, yuk kita persiapkan diri kita. Yuk kita belajar untuk menjadi pribadi yang dewasa, yang mau mengerti, menerima, berbagi, dan berani memegang komitmen sejak saat ini agar siap waktu akan menikah nanti. Jangan terburu-buru menikah kalau memang dirasa belum siap. Ambillah waktu sampai kamu benar-benar siap dan yakin dengan keputusanmu.
Yuk kita belajar dari orang tua kita bagaimana itu hidup berkeluarga, bahkan dari kekurangan dan kesalahan mereka. Kita bisa mulai dengan lebih menyadari kasih orang tua kita selama ini dan mensyukurinya. Dari situ, kita bisa belajar untuk lebih menghayati sikap hormat kita kepada orang tua kita. Luangkan juga waktumu untuk mengobrol akrab dengan orang tuamu.
Menikah itu bentuk iman sekaligus komitmen. Menjaga kelangsungan pernikahan kita itu juga bentuk beriman kita dengan menjaga sakramen perkawinan kita. Dan itulah yang membuat kita menjadi garam dan terang di dalam tren perceraian yang akhir-akhir ini terjadi.
Jadi, yuk kita persiapkan diri kita sejak dari sekarang agar kita bisa menjadi sosok ayah/ibu yang dewasa, beriman kuat, dan bertanggung jawab bagi keluarga dan anak-anak kita di masa depan.
>Yuk Direfleksikan Bagaimana sih pandanganku terhadap pernikahan dan keluarga selama ini? Apakah aku sudah cukup menghargai kasih dari orang tuaku selama ini? Apakah aku sudah cukup bisa berkomitmen untuk mampu memegang komitmen perkawinan seumur hidupku?
>Yuk Dicoba Yuk luangkan waktu mengobrol dengan orang tuamu. Coba tanya-tanya bagaimana ceritanya orang tua kalian bisa bertemu dan menikah, suka dukanya berkeluarga, sampai bagaimana repotnya mereka merawatmu sejak bayi sampai sekarang. Kalau kamu punya masalah dengan orang tuamu, kamu bisa pakai waktu-waktu ini untuk saling bermaaf-maafan. Dari sini, yuk buat gambaran apa yang kira-kira perlu disiapkan agar kita mampu menjadi ayah/ibu yang baik bagi keluarga dan anak-anak kita di masa depan…
>Yuk Dibaca
Docat no. 112-133, hal 132 dan 133
Youcat no. 260-263, 367-377
Sumber internet: