Yesus: Karya dan Wajah Kerahiman Allah

#youcat, #youcatid, #katekismuspopuler, #omkindonesia, #berimanbukanrecehan, #Yesus, #Jesus, #JesusItrustYou, #kasih, #love, #katolik, #katolikindonesia, #gerejakatolik, #catholichurch, #belaskasih, #mercy, #merciful, #miscericordia, #misericordia, #kerahimanallah, #kerahimanilahi, #mengenalyesus, #dokumengereja, #ensiklik, #divesinmisericordia,
09 July 2021
Yesus: Karya dan Wajah Kerahiman Allah

Sobat YOUCAT, jika kita diminta untuk mendefinisikan atau menggambarkan tentang bagaimana sosok Allah yang sebenarnya, tentu hal itu sulit dilakukan. Hal itu wajar karena kita, sebagai manusia, memiliki kemampuan akal budi yang terbatas.

St. Anselmus dari Canterbury sendiri menuliskan, “Deus est id quod maius cogitari nequit” atau “Allah adalah Yang Tentang-Nya tak dapat dipikirkan kembali sesuatu yang lebih besar.” Artinya, Allah selalu lebih besar dari akal budi manusia sehingga kita tidak sanggup memikirkannya. Meskipun demikian, sebagaimana dikatakan oleh St. Agustinus bahwa “fides quaerens intellectum” atau “iman mencari pemahaman/pengertian”, kita perlu terus belajar mengenal sosok Allah sebenarnya agar kita dapat semakin dekat dengan-Nya.

Gereja Katolik sendiri memiliki banyak sarana yang dapat membantu kita untuk dapat mengenal Allah, salah satunya yaitu lewat berbagai dokumen Gereja. Seperti yang sudah dibahas dari artikel minggu lalu, YOUCAT Indonesia akan mengajak teman-teman selama bulan Juli untuk mengenal Allah (yang hadir dalam diri Yesus) melalui berbagai dokumen Gereja. Dan pada edisi kali ini, kita akan diajak untuk mengenal Allah yang adalah Kerahiman melalui Yesus Kristus. Kita akan bersama-sama belajar tentang Yesus sebagai Teladan/Wajah Kerahiman Allah melalui dua dokumen Gereja yakni, Dives In Misericordia *(Karya dalam Kerahiman) dan *Bulla Misericordiae Vultus (Wajah Kerahiman). Kedua dokumen ini sama-sama berinti kepada Kerahiman dan Belas Kasih Allah yang nyata dalam hidup, teladan, dan pewartaan Yesus Kristus.

A. Dives In Misericordia (Kaya dalam Kerahiman) Pada 13 November 1980, Paus St. Yohanes Paulus II mengeluarkan Ensiklik “Dives In Misericordia” atau “Kaya dalam Kerahiman”. Ensiklik ini membahas secara panjang lebar tentang__ belas kasih Allah yang tanpa batas kepada umat manusia__, seperti dilukiskan dalam kasih seorang Bapa pada perumpamaan anak yang hilang (Luk 15: 11-32).

Dalam Ensiklik ini, Paus St. Yohanes Paulus II menyatakan bahwa kebutuhan akan pewartaan dan kesaksian akan Kerahiman Allah di dunia zaman sekarang semakin mendesak. Ensiklik ini hadir untuk menanggapi situasi dunia yang semakin kritis, dilanda aneka konflik dan peperangan, termasuk perang dingin. Menurutnya, Gereja baru akan sungguh menghayati hidup sejati apabila mengakui dan mewartakan kerahiman - sifat yang paling agung dari Sang Pencipta yang juga sekaligus Sang Penebus- serta mampu mendekatkan umat pada sumber kerahiman Sang Juruselamat, yang dipercayakan kepada Gereja dan dipancarkan olehnya. Lalu seperti apa gambaran Diri Yesus dalam Ensiklik Dives in Misericordia ini? Yuk kita lihat bersama-sama, Sobat YOUCAT.

1. Yesus sebagai Wahyu Belas Kasih Allah. Yesus menunjukkan kepada manusia gambaran kasih Allah yang kaya akan rahmat. Sebab, oleh karena kasih-Nya yang besar yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, kita telah dihidupkan bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita (Ef 2:5). Yesus menggambarkan wajah Bapa yang penuh belas kasih dan Allah sumber segala penghiburan (2 Kor 1:3). Yesus adalah Putra Bapa yang tunggal, yang dalam diri-Nya, telah menyatakan Bapa dan menjadikan Bapa kita kenal (Yoh 1:18; Ibr 1:1). Di dalam Yesus, setiap jalan kecil menuju manusia sekaligus merupakan sebuah jalan untuk mendekat kepada Bapa dan kasih-Nya (DiM art. 1).

2.Yesus adalah Inkarnasi Belas Kasih Allah St. Yohanes pernah menulis bahwa tidak seorang manusia pun pernah melihat Allah. Namun melalui Yesus Kristus, kita dimampukan untuk mengenal Allah. Kodrat Allah yang tak dapat dilihat itu, secara istimewa, menjadi terlihat melalui perbuatan dan perkataan Yesus sampai pada wafat (di kayu salib) dan kebangkitan-Nya. Wajah Allah yang dalam Perjanjian Lama didefinisikan sebagai yang “Maha Rahim” menjadi nyata dan dikenal, bahkan ter-personifikasi dalam dan melalui Yesus. Dengan kata lain, Yesus adalah Sang Kerahiman itu sendiri. Apabila seseorang telah melihat dan mengenal Kerahiman itu dalam Dia, artinya ia sudah secara istimewa melihat dan mengenal-Nya sebagai “Bapa yang kaya dengan rahmat.” Selanjutnya, kebenaran yang dinyatakan Yesus tentang “Bapa yang penuh belas kasihan” itu akan memampukan kita “melihat” Dia, yang secara khusus dekat dengan manusia, terutama ketika manusia tengah menderita, atau terancam eksistensi dan martabat terdalamnya (DiM art. 2).

3. Yesus sebagai Pewarta Pesan Mesianik a. Awal Karya dan Pengajaran Pesan Mesianik pertama Yesus terlihat dalam karya-Nya, ketika Ia mengutip kata-kata Nabi Yesaya: *“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku,untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang”kabar baik kepada mereka yang tertindas dan menderita untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” *(Luk. 4:18-19). Melalui perkataan dan perbuatan-Nya, Ia menghadirkan Bapa kepada manusia yang ketika itu didominasi oleh mereka yang miskin, yang tak punya jaminan hidup, terbelenggu, buta, hancur hatinya, menderita ketidakadilan sosial, dan juga para pendosa. Bagi mereka, Yesus inilah Mesias, tanda yang istimewa dan jelas akan Allah yang adalah kasih.

Kasih itu merupakan kasih yang berdaya guna, menghadirkan diri kepada manusia, dan merangkul segala sesuatu yang membangun kemanusiaan-Nya. Kasih ini menjadi sungguh terasa ketika bersentuhan dengan penderitaan, ketidakadilan, dan kemiskinan. Inilah cara dan nuansa konkret dimana kasih menampakkan dirinya.

Kristus menyatakan Allah adalah Bapa, yang adalah Kasih, yang kaya dengan rahmat, sebagai bagian dari kesadaran-Nya sendiri, batu penjuru bagi tugas perutusan-Nya sebagai Mesias. Belas kasih memang menjadi salah satu tema utama kotbah Yesus dan dalam mewartakan tentang “Belas Kasih” itu, Yesus sering sekali menggunakan perumpamaan dalam menegaskan kasih itu, mulai dari Kasih Seorang Bapa dalam perumpamaan “Anak yang Hilang”, kasih dalam kisah “Orang Samaria yang Baik Hati”, ada pula yang menggambarkan belas kasih dalam perumpamaan Gembala Baik yang mencari dombanya yang hilang, dsb. Melalui perbuatan dan perkataan-Nya, Yesus menjelaskan sekaligus menyerukan ajakan untuk berbelas kasih, yang merupakan satu bagian penting dari semangat Injil (DiM art. 3).

b. Belas Kasih Diungkapkan pada Kayu Salib dan Kebangkitan Pesan Mesianik Kristus dan Karya-Nya berakhir dalam Mysterium Paschale (Misteri Paskah). Wafat-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya, menjadi puncak pewahyuan dan perwujudan belas kasih yang diungkapkan secara mendalam dalam sejarah keselamatan manusia. Realitas Penebusan, dalam dimensi manusiawinya, mengungkapkan kebesaran manusia yang tak terdengar (yang memiliki Penebus yang sedemikian agung), menunjukkan juga dimensi ilahi dari penebusan yang memampukan kita dengan cara yang paling empiris dan historis untuk mengungkap kedalaman kasih yang tidak mundur di hadapan pengorbanan luar biasa Sang Putera. Itulah fakta tak terbantahkan tentang kesetiaan Sang Pencipta dan Bapa kepada manusia, yang diciptakan menurut citra-Nya dan dipilih “sejak awal mula” dalam Putera-Nya demi rahmat dan kemuliaan.

Penebusan ini merupakan pewahyuan paling__ akhir, unggul, dan pasti__ dari kekudusan Allah yang merupakan kesempurnaan penuh dan mutlak akan kepedulian dan cinta, karena keadilan itu didasarkan pada kasih, mengalir dari kasih, dan mengarah pada kasih itu. Di dalam penderitaan dan kematian Kristus, kita dapat melihat bahwa Bapa tidak menyayangkan Putera-Nya sendiri, tetapi Ia “telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (lih 2 Kor 5:21). Ini merupakan keadilan yang “sangat berkelimpahan,” karena dosa-dosa manusia “ditebus dan digantikan dengan” pengorbanan Allah-Manusia. Ini sungguh adil__ “menurut ukuran Allah”__ karena__ keadilan itu mengalir dari kasih__ dan memperoleh kepenuhan dalam kasih serta menghasilkan buah keselamatan. Meskipun demikian, Salib bukan merupakan ucapan terakhir dari pesan dan misi Mesianik Yesus. Semua itu baru akan diucapkan pada saat fajar, ketika para wanita dan rasul menemukan makam kosong. Di situlah pertama kalinya mereka mendengar pesan: “Dia telah bangkit”. Mereka kemudian mengulang pesan tersebut kepada orang lain dan menjadi saksi-saksi tentang Kristus yang telah bangkit (DiM. art 7).

B. Misericordiae Vultus (Wajah Kerahiman) Nah, kita sudah melihat bagaimana gambaran Diri Yesus dalam Ensiklik Dives in Misericordia dari Paus St. Yohanes Paulus II. Terkait dengan Belas Kasih Allah atau Kerahiman Allah, ada juga sebuah dokumen lain dari Gereja yang bisa membantu kita mengenali sosok Yesus lebih dalam, lho, yaitu Misericordiae Vultus. Yuk, kita lihat bersama-sama, Sobat YOUCAT!

Pada 11 April 2015, Paus Fransiskus mengeluarkan dokumen “Misericordiae Vultus” atau “Wajah Kerahiman Allah” sebagai bulla pemberitahuan Tahun Yubileum Luar Biasa Kerahiman. Di dalamnya, Yesus digambarkan sebagai wajah kerahiman/belas kasih Allah yang tak terbatas. Dokumen ini ditujukan agar kita umat beriman semakin mengenal belas kasih Bapa, mengundang kita untuk menjadi wajah-wajah kerahiman Allah bagi sesama, sekaligus agar mendorong kita untuk terus memohon anugerah belas kasih-Nya bagi dunia. Paus Fransiskus mengajak kita untuk menunjukkan belas kasihan satu terhadap yang lain, karena belas kasih telah terlebih dahulu ditunjukkan kepada kita oleh Yesus Kristus, melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, juga melalui semua tindakan belas kasih-Nya. Sosok Yesus dalam “Misericordiae Vultus” digambarkan sebagai:

1. Yesus Kristus adalah Wajah Kerahiman Bapa. Perkataan Yesus adalah “Wajah Kerahiman Bapa” merangkum dengan baik misteri iman Kristiani. Kerahiman telah menjadi__ hidup, tampak, dan mencapai puncaknya__ dalam diri Yesus dari Nazaret. Allah Bapa sejak Perjanjian Lama telah menyatakan diri kepada Musa sebagai “Tuhan Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (Kel 34:6). Ketika genap waktunya, Ia mengutus Putera Tunggal-Nya ke dunia, yang lahir dari Perawan Maria, untuk mewahyukan kasih-Nya secara jelas dan terbuka, "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9). Melalui pewartaan, hidup, dan seluruh pribadi-Nya, Yesus mengungkapkan misteri kerahiman Allah (MV, art. 1).

2. Yesus adalah Kasih Setia Allah yang Kekal “Untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (lih Mzm 136). Itulah refrain yang selalu diulang dalam Mazmur sebagaimana kerap dikisahkan dalam melukiskan sejarah pewahyuan Allah. Mazmur tersebut telah mengungkapkan kebenaran yang menerobos dimensi ruang dan waktu, bahwa selamanya manusia selalu dikasihi Bapa dan belas kasih itu akan selalu yang tak terselami. Artinya kasih itu bukan hanya pada sejarah yang sudah-sudah, melainkan selama-lamanya ada untuk manusia.

Sebelum sengsara-Nya, Yesus berdoa dengan Mazmur belas kasih ini. Penginjil Matius menuliskan, “sesudah menyanyikan pujian” (lih. Mat 26:30), sementara Ia mengadakan Ekaristi sebagai kenangan abadi akan diri-Nya dan kurban Paskah-Nya, secara simbolis Ia menempatkan tindak pewahyuan yang amat luhur ini dalam terang kerahiman-Nya. Dalam konteks kerahiman yang sama, Yesus menghayati sengsara dan wafat-Nya, sadar akan misteri agung kasih yang akan digenapi di kayu Salib. Karenanya, sebagai orang Katolik, penting untuk menggunakan refrain itu dalam kehidupan sehari-hari, dengan mendoakan kata-kata pujian ini: “karena belas kasih-Nya berlangsung selama-lamanya” (MV. art. 7).

3. Yesus Kristus adalah Kasih Tritunggal Mahakudus Dengan menatap Yesus dan pandangan-Nya yang penuh belas kasih, kita mengalami kasih Tritunggal Mahakudus. Yesus diutus ke dunia mewahyukan kepenuhan misteri kasih ilahi dan ditegaskan juga oleh Yohanes bahwa “Allah adalah kasih” (1Yoh 4:8, 16). Kasih ini dapat disaksikan, dicecap, dan dirasakan dalam kehidupan, kepribadian, dan tindakan Yesus. Yesus adalah kerahiman itu sendiri yang dianugerahkan secara cuma-cuma. Tidak ada dalam Diri-Nya ketiadaan belas kasihan. Kasih itu nyata dalam cara-Nya bersentuhan dengan para pendosa, orang miskin, tersingkir, sakit, dan menderita. Contohnya adalah ketika hatiNya tergerak oleh belas kasihan melihat banyak yang mengikuti-Nya lelah dan kehausan, terlantar, tanpa pembimbing (lih Mat. 9:36), menyembuhkan orang sakit yang datang pada-Nya (lih. Mat. 14: 14), mengenyangkan sejumlah besar orang dengan roti dan ikan (lih. Mat. 15: 37), membangkitkan anak dari Janda Nain yang telah mati (lih. Luk &: 15), membebaskan orang yang kerasukan setan (lih. Mrk. 5:19), dan masih banyak lagi.

Dasar Yesus melakukan itu semua adalah belas kasihan. Dengan pandangan penuh belas kasihan, Matius, yang awalnya adalah seorang pendosa dan pemungut cukai, dipilih untuk menjadi murid-Nya: miserando atque eligendo __(MV. art 8). __

4. Kristus adalah Gambaran Sifat Allah Sang Pengampun Dalam perumpamaan-perumpamaan tentang belas kasihan, Yesus mewahyukan sifat Allah sebagai Bapa yang tidak pernah menyerah sampai Ia mengampuni orang yang bersalah dan mengalahkan penolakan dengan rasa iba dan belas kasihan. Dalam perumpamaan “Domba yang Hilang”, “Dirham yang Hilang”, dan “Anak yang Hilang”, Allah selalu digambarkan penuh sukacita, terutama ketika Ia mengampuni. Di sanalah terletak intisari Injil: belas kasihan sebagai daya kekuatan yang mengalahkan segalanya dan membawa penghiburan melalui pengampunan.

Tentang seperti apa dan berapa kali kita harus mengampuni, sebagaimana ditanyakan Petrus, Yesus menegaskan, “Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (Mat. 18:22). Di sinilah kita menemukan bahwa Kristus sungguh memberi gambaran yang begitu jelas tentang sifat Allah yang Maha Pengampun. Pengampunan Allah itu tak bertepi sebagaimana tampak dalam perumpamaan tentang “hamba yang tak berbelas kasihan”. Hamba itu ketika dipanggil tuannya untuk membayar hutang yang berjumlah besar, bersujud memohon belas kasihan kepadanya. Tuannya menghapus hutang hamba itu. Namun kemudian, hamba itu berjumpa dengan seorang hamba sejawatnya yang berhutang kepadanya beberapa sen yang bersujud mohon belas kasihan kepadanya, tetapi hamba yang pertama itu menolak permohonannya dan memasukkannya ke dalam penjara. Ketika tuannya mendengar hal itu, ia menjadi marah dan memanggil hamba itu serta berkat: “Bukankah engkau pun harus mengasihi kamu seperti aku telah mengasihi engkau?” (Mat. 18: 33). Yesus menyimpulkan: “Maka Bapa-Ku yang di surga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu” (Mat. 18.35; MV. art 9). Disini jelas diingatkan bahwa sebagaimana Allah mengampuni kita yang berdosa ini, kita pun juga harus senantiasa mengampuni sesama kita.

Kita patut untuk terus bersyukur atas kasih Allah yang selalu berkelimpahan dan cuma-cuma diberikan, dan bagaimana kita diundang untuk melakukan hal yang sama: menebarkan kasih seraya terus memohon pertolongan kepada belas kasih dalam persatuan dengan Yesus dan agar segala kebutuhan dan niat baik kita senantiasa sejalan dengan kasih-Nya.

Nahhhhh.. Demikian penjelasan lebih detail mengenai sosok Yesus dari dokumen Dives in Misericordia dan Misericordia Vultus.

Bingung? Jangan! Kita bukan pengen buat Sobat YOUCAT bingung, tapi tentu makin mengenal sosok Yesus dan makin cintaaaa!

Semoga bahan ini bisa menjadi bahan refleksi pribadi kita semua, Sobat YOUCAT, untuk mengenal lebih dalam lagi sosok Yesus sebagai Kerahiman Allah, dan sebagai pengikut-Nya juga dapat terdorong untuk menghadirkan Wajah Kerahiman Allah itu juga dalam kehidupan kita sehari-hari! :)

Selamat membaca, selamat belajar, selamat mengenal Yesus lebih dalam lagi, sebagai wajah dan karya kerahiman Allah dalam kehidupan kita sehari-hari. Tuhan memberkati!

(Oleh : Egi Dak) Sumber: http://www.dokpenkwi.org/wp-content/uploads/2017/08/Seri-Dokumen-Gerejawi-No-99-DIVES-IN-MISERICORDIA-MISERICORDIAE-VULTUS-1.pdf