Yesus, Sang Pewarta Sejati

#youcat, #youcatud, #katekismuspopuler, #omkindonesia, #berimanbukanrecehan, #katolik, #katolikindonesia, #gerejakatolik, #catholicchurch, #EvangeliiGaudium, #EvangeliiNuntiandi,
23 July 2021
Yesus, Sang Pewarta Sejati

Bagaimana jika dalam masa ini karya pewartaan-mu menjadi lesu dan kurang antusias?

Eits, tunggu dulu! Sebelum menggunakan pandemi sebagai alasan mengapa kita menjadi kurang antusias dalam mewarta, mari kita cek dan ricek terlebih dahulu. Ayo jujur, Sobat YOUCAT! Apakah ketika sebelum pandemi pun, kita sendiri tidak bermalas-malasan dalam mewartakan Yesus? Jika sebelum pandemi saja sudah demikian, apalagi di masa pandemi, ya… Selalu saja ada seribu satu macam alasan yang dikeluarkan, misalnya ruang gerak kita yang terbatas dalam pandemi ini membuat kita berhenti menjadi pewarta.

Ternyata Gereja sudah mengantisipasi akan adanya tantangan ini, lho, Sobat YOUCAT! Melalui dokumen Evangelii Gaudium dan Evangelii Nuntiadi, Gereja banyak menjabarkan mengenai karya pewartaan, apa yang diwartakan, tentang bagaimana cara mewartakan, lalu bagaimana jika kita kurang antusias dalam mewartakan.

Dan semuanya tentu pada akhirnya kembali kepada Yesus sendiri. Ia adalah dasar pewartaan kita, Ia adalah yang kita wartakan, Ia yang menjadi semangat kita dalam mewartakan.

Dalam masa pandemi, dimana interaksi pertemuan sangat dibatasi dan terkesan menjadi berjarak, secara tidak langsung merubah cara pewartaan kita dari offline menjadi online. Yang perlu kita ingat adalah, Gereja lahir dari karya pewartaan. Janganlah sampai karya pewartaan tentang Kerajaan Allah dan warta keselamatan-Nya itu berhenti di tangan kita atau tak berjalan pada masa pandemi ini.

Yesus menunjukkan bahwa ialah Pewarta Kerajaan Allah yang tidak pernah kenal lelah (Evangelii Nuntiadi 11), tidak peduli bagaimanapun kondisinya. Memang, pewartaan kita tidak akan bisa menyamai apa yang dilakukan Yesus dulu, dimana dalam pewartaan Yesus disertai dengan banyak tanda yang tak terhitung jumlahnya, yang membuat heran orang banyak dan sekaligus juga menarik mereka kepadaNya untuk mendengarkan Dia dan membiarkan diri mereka diubah olehNya. Namun kita dapat meneladani Yesus dalam karya pewartaanNya.

Pewartaan Yesus langsung mengarah ke jantung umatnya (Evangelii Gaudium 269), pewartaan yang disertai oleh belas kasihan. Ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain: ikut bersukacita ketika ada yang tengah bersukacita dan ikut menangis bersama mereka yang menangis.

Yesus adalah pribadi yang penuh belas kasihan, Ia begitu mudah untuk dijumpai dan didekati. Ia tidak pernah membedakan siapapun dari latarbelakangnya, bahkan Ia memandang dan memperlakukan pada pendosa dengan penuh kasih (Evangelii Gaudium 269). Dan dengan merasakan suatu kedekatan itulah maka kita dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Hal ini tak mungkin diperoleh jika kita masih terus mencari atau mengambil posisi tempat yang enak/nyaman dan masih selalu mengambil jarak dengan penderitaan orang lain (Evangelii Gaudium 270).

Dalam masa pandemi ini kita menjumpai begitu banyak sikap : “Hidupku saja sudah susah, untuk apa aku harus memikirkan orang lain?” Apa kita mau memilih menjadi pribadi yang seperti itu atau mau mulai untuk peduli dan ikut bertindak membantu mereka? Dengan melakukan tindakan kasih, sesungguhnya kita telah membawa Yesus kepada mereka di tengah pandemi ini, dimana banyak yang mungkin saat ini sudah lelah dan/atau kehilangan harapan.

Jika saat ini semangat pewartaan kita telah redup, maka kita perlu merefleksikan diri kita kembali. Kadang-kadang kita kehilangan antusiasme untuk tugas perutusan karena kita lupa bahwa Injil menanggapi kebutuhan kita yang terdalam, karena kita diciptakan untuk apa yang ditawarkan Injil kepada kita: persahabatan dengan Yesus dan kasih pada saudara-saudari kita. (Evangelii Gaudium 265). Apakah selama ini kita sudah membangun relasi yang baik dan penuh kasih dengan Yesus dan saudara kita?

Apakah selama ini kita melupakan bahwa antusiasme untuk evangelisasi didasarkan pada keyakinan bahwa kita memiliki harta kekayaan kehidupan dan kasih yang tak dapat menyesatkan dan mengecewakan? Ini adalah kebenaran yang tak pernah ketinggalan zaman, karena apa yang kita wartakan itu mampu menjangkau bagian diri kita yang tak terjangkau oleh apapun yang lain. Dalam situasi saat ini, dimana pandemi ini menyebabkan kesedihan yang tanpa batas, hanya kasih tanpa bataslah yang dapat menyembuhkan semuanya (Evangelii Gaudium 265). Apa yang kita wartakan sungguhlah harta kekayaan yang sangat berharga untuk disampaikan kepada semua orang.

Salah satu alasan mulai redupnya pewartaan kita juga bisa jadi karena kita tidak melihat-Nya hadir di jantung komitmen perutusan kita (Evangelii Gaudium 266). Mari kita bertanya pada diri kita dengan sungguh-sungguh: Apakah selama ini perutusan kita hanya karena terpaksa atau ikut-ikutan, sehingga kita tak mampu melihat-Nya hadir dalam setiap perutusan kita? Ataukah selama ini yang menjadi pusat pewartaan kita bukan Yesus, melainkan diri kita dan gagasan kita pribadi?

Tidak ada penginjilan yang sejati bila nama, ajaran, hidup dan janji-janji, Kerajaan Allah dan misteri Yesus dari Nazaret, Putera Allah tidak diwartakan (Evangelii Nuntadi 22). Nah, sudahkah selama ini apa yang kita wartakan mencakup hal-hal seperti yang ada di atas?

Gereja dalam perannya dipercaya untuk menjaga kabar baik yang telah diwartakan Yesus dan para rasul: Janji-janji Yesus dalam Perjanjian Baru, Ajaran Tuhan dan para rasul, Sabda Kehidupan, sumber-sumber rahmat dan keramahan Allah yang penuh kasih, dan juga jalan menuju keselamatan. Maka sudah sepatutnya, kita yang merupakan gereja-gereja kecil, harus menjaganya dengan baik. Semua hal itu telah dipercayakan oleh gereja sebagai warisan hidup yang berharga, bukan untuk dijaga agar tetap tersembunyi, namun untuk terus diwartakan sampai selama-lamanya.

Pengalaman mewartakan kabar sukacita akan selalu membawa pengalaman yang terus menerus diperbaharui, dimana pembaharuan hati dan pikiran tersebut akan membawa kita semua bermuara dalam pertobatan.(Evangelii Nuntadi 10)

Marilah kita menjadi meneladan Yesus, Sang Pewarta Sejati, dengan menjadi pewarta kabar sukacita, dengan penuh semangat dimanapun kita berada! Marilah kita kembali menyalakan semangat pewartaan kita yang mulai meredup! Justru dalam saat seperti inilah, disaat banyak hoax dan kabar negatif semakin bertebaran, kita harus semakin kencang untuk menyerukan Yesus!

Tuhan kita bukanlah Tuhan yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Bukankah justru lewat media online kamu bisa mewartakannya jauh lebih luas lagi? Berhenti scroll hal-hal yang tidak bermanfaat, mulailah gunakanlah media sosial dengan bijak untuk mewartakan tentang-Nya.

Sobat YOUCAT, ayo saatnya beraksi!

Oleh: F.X. Galih Wirahadi | @galihwirahadi