Yuk Kenalan dengan St. Petrus dan St. Paulus

#berimanbukanrecehan, #hariraya, #santo-santa, #petrus, #paulus, #know,
25 June 2020
Yuk Kenalan dengan St. Petrus dan St. Paulus

Halo Sobat YOUCAT! Siapa sih yang tidak kenal dengan St. Petrus dan St. Paulus? Seberapa jauh kalian mengenal dua sosok ini? Yuk kita kenalan lebih jauh dengan mereka!

St Petrus

Halo Sobat YOUCAT, namaku Simon, atau yang lebih kalian kenal dengan Petrus, Si Batu Karang. Aku berasal dari Betsaida di Galilea (bdk. Yoh 1:44). Aku dulunya bekerja sebagai nelayan di daerah Kapernaum, daerah utara Danau Galilea, bersama Andreas, saudaraku, serta dua orang temanku, Yakobus dan Yohanes, anak Zebedeus (Luk 5:10). Aku juga memiliki seorang istri.

Aku adalah salah satu dari 12 rasul Yesus. Aku adalah salah satu murid-murid pertama Yesus bersama Andreas, saudaraku, beserta dua orang temanku tadi, Yakobus dan Yohanes (bdk. Mat 4:18-22, Mrk 1:16-20, Luk 5:1-11, Yoh 1:41-42).

Sebagai murid-Nya, aku punya banyak pengalaman berkesan bersama Yesus. Yesus pernah menyembuhkan ibu mertuaku (bdk. Mrk 1:29-34), memberiku sebuah nama panggilan, yakni Petrus, atau Kefas, yang artinya adalah batu karang (bdk. Yoh 1:42), dan memberikan kepadaku pula kunci Kerajaan Surga (bdk. Mat 16:19). Selain itu, bersama Yakobus dan Yohanes, kadangkala aku juga diajak oleh Yesus pada momen-momen istimewa, misalnya, ketika kami diajak untuk melihat kemuliaan-Nya di atas gunung (bdk. Mat 17:1-13, Mrk 9:2-13, Luk 9:28-36), atau ketika Ia berdoa di Taman Getsemani menjelang sengsara dan wafat-Nya bagi kita semua (bdk. Mrk 14:32-41, Mat 26:36-46).

Akan tetapi, aku juga punya pengalaman memalukan ketika aku bersama-sama dengan Yesus. Kalian tentu tahu pengalaman itu. Pengalaman memalukan itu terjadi ketika aku menyangkal Yesus sebanyak tiga kali (bdk. Mat 26:57-58, 69-75; Mrk 14:53-54, 66-72; Yoh 18:12-18, 25-27). Padahal sebelumnya aku sempat mengatakan kepadaNya bahwa imanku tidak akan tergoncang (bdk. Mat 26:33; Mrk 14:29). Bahkan aku pun mengatakan bahwa aku bersedia masuk penjara dan mati bersamaNya (bdk. Mat 26:35, Mrk 14:31; Luk 22:33; Yoh 13:36). Atas reaksiku itu, Yesus kemudian mengatakan bahwa aku akan menyangkalnya tiga kali sebelum ayam jantan berkokok (bdk. Mat 26:34; Mrk 14:30; Luk 22:34; Yoh 13:38). Sesuatu yang awalnya tak kupercaya sebenarnya, tetapi kemudian tergenapi. Hancur hatiku ketika menyadari hal itu tergenapi.

Pengalaman memalukan lainnya terjadi pula ketika ia membasuh kaki kami, para muridNya, dan aku sempat ingin melarang Ia membasuh kakiku. Tetapi, ketika aku mendengar dariNya bahwa jika kakiku tidak dibasuh olehNya maka aku tidak akan mendapatkan bagian di dalam Dia, aku malah memintaNya untuk tidak hanya membasuh kakiku, tetapi juga tangan dan kakiku (bdk. Yoh 13:6-11).

Kisahku tidak berhenti setelah Yesus wafat. Saat Ia bangkit, aku bertemu kembali dengan-Nya. Ia lalu memberiku tugas untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh 21:15-19). Tiga kali ia memintaku, ibaratnya ia ingin memurnikan diriku setelah tiga kali menyangkalNya. Aku pun terus mewartakan ajaran Yesus sambil melakukan pelayanan sebagai pemimpin para rasul.

Meskipun tidak sejauh temanku, Paulus, aku juga pergi dan mengadakan kunjungan ke berbagai tempat (bdk. Kis 9:32). Aku pergi ke Lida dan dataran Sharon (bdk. Kis 9:32-35). Aku lalu pergi ke kota Yope yang ada di pesisir Laut Tengah (bdk. Kis 9: 36-43). Aku lalu berjalan ke utara, ke Kaisarea. Di sana aku bertemu dan membaptis Kornelius, seorang perwira yang disebut pasukan Italia (bdk. Kis 10:1-11:18).

Aku juga pernah dipenjarakan di bawah perintah Herodes. Tapi tahukah kamu apa yang menarik? Ada malaikat Tuhan yang membebaskan aku dari penjara (bdk. Kis 12:1-12)! Setelah aku bebas, aku sempat mengunjungi ibu temanku untuk memberi kabar. Aku berpesan agar ia memberitahu teman-temanku yang lain soal kabarku. Sementara itu, karena aku masih menjadi buronan, aku harus segera pergi ke tempat lain (bdk Kis 12:13-17).

Setelah situasi aman aku kembali ke Yerusalem. Waktu itu ada perdebatan di antara kami tentang kewajiban bersunat bagi orang non Yahudi yang ingin dibaptis. Kami melakukan sidang untuk membahas persoalan itu dengan aku sebagai pemimpinnya. Dalam sidang itu, aku memutuskan bahwa kita tidak boleh memberatkan orang-orang yang ingin dibaptis dan menjadi murid Kristus dengan kewajiban menuruti hukum-hukum Yahudi. Aku percaya bahwa keselamatan diberikan oleh Allah kepada segala bangsa termasuk kepada orang non Yahudi. Keputusanku itu didukung oleh temanku, Paulus, yang sudah banyak memberikan kesaksian akan Yesus kepada bangsa-bangsa lain. Peristiwa ini disebut sebagai Konsili Yerusalem yang kisahnya bisa kalian baca di Kisah Para Rasul 15:1-21.

Setelah konsili di Yerusalem, aku tidak banyak mengabarkan tentang keberadaanku. Akan tetapi, ada orang-orang yang menceritakan bagaimana aku pergi ke Roma dan mewartakan Yesus di sana. Di sanalah aku meninggal sebagai martir seperti yang telah dinubuatkan oleh Yesus di Yohanes 21:18. Aku menjadi martir di Roma dengan cara disalib terbalik sekitar tahun 65. Aku memilih disalib secara terbalik karena aku merasa tidak layak mati dengan cara yang sama seperti Yesus.

St. Paulus

Halo Sobat YOUCAT, perkenalkan, namaku Saulus. Kalian mungkin lebih mengenalku sebagai Paulus. Aku lahir di sebuah kota pelabuhan dan perdagangan bernama Tarsus, di wilayah Kilikia. Aku lahir dari keluarga Yahudi yang taat sehingga tentu saja aku adalah orang Yahudi. Tapi, tahukah kamu bahwa aku juga memiliki kewarganegaraan Romawi? Aku juga orang Romawi karena Tarsus, kampung halamanku, merupakan daerah kekuasaan Romawi. Karena Tarsus juga merupakan daerah kekuasaan Romawi, aku dan orang-orang Tarsus lainnya fasih berbahasa Yunani. Aku juga diajari bagaimana caranya membuat tenda oleh orang tuaku yang nantinya menjadi mata pencaharianku.

Aku lalu disekolahkan di Yerusalem dan diajar oleh salah satu rabi (guru) terhebat waktu itu, Gamaliel (kalian bisa baca pengakuanku di Kis 22:3). Di bawah pengajaran Gamaliel, aku menaati hukum Taurat dan adat istiadat Yahudi dengan sangat teliti. Aku bahkan bergabung dalam kelompok orang Farisi yang terkenal sangat patuh terhadap hukum Taurat. Aku bahkan berani menuliskan bahwa aku adalah orang Yahudi paling saleh di antara orang Yahudi saleh lainnya di Gal 1:14 dan Flp 3:4-6.

Ketika aku mendengar tentang para pengikut Kristus, aku marah karena merasa ajaran Taurat dan Yahudi menjadi tercemar. Apalagi, bukankah Yesus Kristus itu mati disalib yang artinya dalam hukum Romawi Ia mati sebagai kriminal? Bagaimana mungkin Mesias mati sebagai kriminal? Lantas aku pun bergabung dengan orang-orang yang mengejar dan menganiaya para pengikut Kristus yang disebut orang Kristen itu. Aku bahkan menjadi saksi hidup bagaimana St. Stefanus tewas dirajam (Kis 7:54-8:1a).

Tapi, semua berubah ketika aku dalam perjalanan ke Damsyik. Dalam perjalanan, Yesus menampakkan diri kepadaku hingga membuatku buta. Untungnya tiga hari kemudian datanglah Ananias yang menyembuhkan mataku dan membawa pesan dari Tuhan kepadaku. Kisahku itu bisa kalian baca di Kisah Para Rasul 9:1-19a. Sejak saat itu aku lebih dikenal dengan nama Paulus, Tapi tahukah kamu bahwa nama Paulus itu sebenarnya adalah penyebutan namaku, Saulus, dalam bahasa Yunani?

Sejak peristiwa itu aku sadar bahwa Yesus adalah Tuhan dan aku jadi bersemangat mewartakanNya. Karena begitu semangatnya, aku sampai melakukan perjalanan untuk mewartakan Yesus Kristus di Asia Kecil hingga ke Roma selama 20 tahun. Selama 20 tahun itu, aku menempuh perjalanan hingga 16.000 km jauhnya! Aku tidak hanya mengajar saja tapi aku juga menulis surat-surat kepada jemaat-jemaat yang berada di berbagai tempat yang jauh dan sedang bertumbuh ketika itu. Aku bahkan masih terus menulis suratku selama aku dipenjara di Roma. Jika kalian melihat Kitab Suci Perjanjian Baru, ada 13 surat yang aku tulis di sana.

Aku menghabiskan masa-masa terakhir hidupku dengan menulis surat di penjara di Roma. Sekitar tahun 65 Masehi, aku dihukum pancung di bawah kekaisaran Nero. Itulah akhir dari hidup dan pewartaanku tentang Yesus, Sang Mesias yang Hidup.